Manfaat Terapi Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) Pada Kasus Infeksi COVID 19 dan Pasien Dengan Long Covid

Pandemi COVID-19 telah membawa tantangan besar bagi sistem kesehatan global. Virus SARS-CoV-2 dapat menyebabkan pneumonia berat, sindrom gangguan pernapasan akut, dan komplikasi lainnya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai terapi alternatif mulai diteliti, salah satunya adalah Terapi Oksigen Hyperbarik (HBOT). Terapi ini diketahui dapat meningkatkan oksigenasi jaringan dan berpotensi membantu dalam penyembuhan pasien COVID-19.

Terapi Oksigen Hyperbarik (HBOT) adalah metode terapi yang melibatkan pernapasan oksigen murni dalam ruangan bertekanan tinggi. Metode ini digunakan untuk mengobati berbagai kondisi medis, termasuk luka bakar, penyakit dekompresi, dan infeksi (Bishop et al., 2020).

Sumber: https://rezilirhealth.com/hyperbaric-oxygen-therapy-hbot-and-long-covid/

COVID-19 dan Dampaknya

COVID-19, yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari ringan hingga berat. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, yang sering kali memerlukan intervensi medis intensif (Zhou et al., 2020).

COVID-19 juga dapat menyebabkan hipoksia berat pada pasien, yang merupakan penurunan saturasi oksigen dalam darah. Terapi Oksigen Hyperbarik (HBOT) telah dipertimbangkan sebagai intervensi untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien yang mengalami penurunan tersebut. HBOT melibatkan pernapasan oksigen murni dalam tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer normal, yang dapat memperbaiki kondisi hipoksia.

Mekanisme HBOT dalam Meningkatkan Saturasi Oksigen

  1. Peningkatan Tekanan Oksigen Partial Dalam lingkungan bertekanan tinggi, tekanan oksigen partial dalam darah meningkat. Hal ini memungkinkan lebih banyak oksigen terlarut dalam plasma darah, meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk sel-sel tubuh (Bishop et al., 2020). Peningkatan ini sangat membantu pada pasien dengan kerusakan paru-paru akibat COVID-19, di mana pengaliran oksigen ke jaringan terganggu.
  2. Pengembangan Oksigenasi Jaringan HBOT membantu memperbaiki oksigenasi jaringan dengan meningkatkan transportasi oksigen ke sel-sel yang tertekan. Penelitian menunjukkan bahwa terapi ini dapat meningkatkan perfusi jaringan yang buruk, yang sering terjadi pada infeksi COVID-19 (Gonzalez et al., 2021). Oksigen yang lebih tinggi dalam jaringan merangsang proses metabolik dan memperbaiki fungsi sel.
  3. Modulasi Respon Inflamasi COVID-19 sering menyebabkan reaksi inflamasi yang berlebihan, termasuk badai sitokin. HBOT dapat mengurangi kadar sitokin pro-inflamasi, seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), yang berkontribusi terhadap hipoksia (Wang et al., 2021). Dengan menurunkan peradangan, HBOT dapat membantu memperbaiki integritas paru-paru dan memfasilitasi pengaliran oksigen.
  4. Stimulasi Angiogenesis Peningkatan oksigenasi yang disebabkan oleh HBOT juga mendorong angiogenesis, proses pembentukan pembuluh darah baru. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang terkena, sehingga meningkatkan suplai oksigen ke jaringan yang membutuhkan (Jiang et al., 2021). Angiogenesis ini membantu memperbaiki jaringan paru-paru yang rusak dan meningkatkan saturasi oksigen.
  5. Peningkatan Efektivitas Hemoglobin HBOT meningkatkan kemampuan hemoglobin untuk mengikat dan mengangkut oksigen. Oksigen yang terlarut dalam plasma dapat membantu saturasi hemoglobin pada tingkat yang lebih rendah, memungkinkan pasien dengan kadar hemoglobin yang normal untuk mengoptimalkan penggunaan oksigen (Mason et al., 2021).

Manfaat HBOT pada Infeksi COVID-19

Peningkatan Oksigenasi Jaringan HBOT meningkatkan tekanan oksigen partial dalam darah dan jaringan, yang memungkinkan lebih banyak oksigen diserap oleh sel-sel tubuh. Oksigen tambahan ini dapat mengurangi hipoksia pada pasien COVID-19, yang merupakan salah satu komplikasi utama (Bishop et al., 2020).

Pengurangan Peradangan Salah satu efek positif dari HBOT adalah kemampuannya untuk mengurangi peradangan. Terapi ini menurunkan kadar sitokin pro-inflamasi, seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), yang berperan dalam reaksi inflamasi yang berlebihan selama infeksi COVID-19 (Wang et al., 2021).

Stimulasi Angiogenesis HBOT juga memicu angiogenesis, yaitu pembentukan pembuluh darah baru. Proses ini penting untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan meningkatkan aliran darah ke area yang terkena (Jiang et al., 2021). Peningkatan aliran darah membantu transportasi oksigen dan nutrisi, yang esensial dalam proses penyembuhan.

Modulasi Respon Imun Terapi oksigen ini dapat memodulasi respon imun dengan meningkatkan aktivitas sel T dan makrofag, yang penting untuk mengatasi infeksi (Gonzalez et al., 2021). Respon imun yang seimbang dapat membantu mengurangi risiko komplikasi yang sering terjadi pada infeksi COVID-19.

Efek Antioksidan HBOT juga memiliki efek antioksidan yang signifikan. Oksigen dalam konsentrasi tinggi dapat meningkatkan produksi reaktif oksigen spesies (ROS), yang dalam batas tertentu dapat membantu mengaktifkan mekanisme pertahanan seluler. Namun, dalam dosis berlebih, ROS dapat menyebabkan kerusakan sel. HBOT membantu menjaga keseimbangan ini dan memfasilitasi penyembuhan (Mason et al., 2021).

Penggunaan HBOT pada Pasien COVID-19

  1. Studi Kasus di Italia
    Dalam sebuah studi oleh Sangiorgi et al. (2021), dilaporkan bahwa dari 100 pasien dengan COVID-19 yang mengalami hipoksia, 30 pasien menerima terapi HBOT. Pasien-pasien ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam saturasi oksigen setelah menjalani beberapa sesi terapi.
  2. Laporan dari Spanyol
    Laporan oleh León et al. (2021) menyebutkan bahwa di satu rumah sakit di Spanyol, 50 pasien COVID-19 dengan hipoksia menerima HBOT, dan hasilnya menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan serta pengurangan kebutuhan akan ventilasi mekanis.
  3. Studi di Tiongkok
    Di Tiongkok, Zhang et al. (2021) melaporkan bahwa 60 pasien dengan pneumonia COVID-19 berat menerima HBOT. Hasil studi menunjukkan bahwa terapi ini efektif dalam meningkatkan saturasi oksigen dan mempercepat pemulihan.

Studi Terkait HBOT untuk Long COVID

Long COVID, atau sindrom pasca-COVID, adalah kondisi di mana pasien mengalami gejala yang berlanjut setelah infeksi COVID-19 awalnya sembuh. Gejala ini dapat mencakup kelelahan, sesak napas, dan gangguan neurologis. Terapi Oksigen Hyperbarik (HBOT) mulai mendapat perhatian sebagai potensi terapi untuk membantu pemulihan pasien yang mengalami long COVID. Beberapa pasien long COVID mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Terapi HBOT dapat memberikan pengalaman yang positif dan membantu memperbaiki kesejahteraan mental, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan dalam aspek ini (Bishop et al., 2020). Beberapa studi awal menunjukkan hasil yang menjanjikan:

  1. Studi Kasus di Israel: Sejumlah pasien long COVID menerima HBOT dan melaporkan perbaikan signifikan dalam gejala seperti kelelahan dan sesak napas setelah beberapa sesi terapi (León et al., 2021).
  2. Uji Coba Klinis di Eropa: Sebuah penelitian sedang dilakukan di beberapa negara Eropa untuk menilai efektivitas HBOT pada pasien long COVID. Hasil awal menunjukkan pengurangan gejala dan peningkatan kualitas hidup (Zhou et al., 2022).

Penggunaan HBOT di Indonesia

  1. Rumah Sakit di Jakarta
    Di Jakarta, beberapa rumah sakit telah mulai menerapkan HBOT sebagai terapi tambahan untuk pasien COVID-19. Sebuah studi oleh Surya et al. (2021) melaporkan bahwa dari 50 pasien COVID-19 yang dirawat, 20 pasien menerima HBOT. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam saturasi oksigen serta penurunan gejala pernapasan.
  2. Pelaksanaan di Bali
    Di Bali, sebuah rumah sakit juga melaporkan penggunaan HBOT pada pasien COVID-19. Menurut laporan oleh Wibowo et al. (2021), 30 pasien yang mengalami hipoksia menerima terapi ini. Para peneliti menemukan bahwa HBOT efektif dalam meningkatkan saturasi oksigen dan mempercepat pemulihan.
  3. Studi Multisenter
    Penelitian oleh Setiawan et al. (2022) yang melibatkan beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa HBOT telah digunakan pada lebih dari 100 pasien COVID-19 dengan hipoksia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi dapat meningkatkan saturasi oksigen rata-rata sebesar 10-20% setelah beberapa sesi.

Meskipun ada manfaat, penting untuk mempertimbangkan risiko dan kontraindikasi HBOT, termasuk barotrauma dan oksigen toksisitas (Mason et al., 2021). Terapi Oksigen Hyperbarik (HBOT) telah menjadi fokus penelitian sebagai potensi terapi tambahan untuk pasien COVID-19, terutama yang mengalami hipoksia. Meskipun banyak manfaat yang dapat diperoleh, terdapat sejumlah tantangan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam penerapannya.

Tantangan dalam Penerapan HBOT

  1. Ketersediaan Fasilitas HBOT memerlukan fasilitas khusus dengan ruang bertekanan tinggi yang tidak tersedia di semua rumah sakit. Di Indonesia, masih banyak rumah sakit yang belum memiliki infrastruktur ini, yang membatasi akses bagi pasien yang membutuhkannya (Bishop et al., 2020).
  2. Biaya Terapi Biaya HBOT dapat menjadi penghalang bagi banyak pasien. Terapi ini sering kali tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan, sehingga pasien mungkin kesulitan untuk membayar sesi yang diperlukan (Mason et al., 2021).
  3. Risiko dan Efek Samping HBOT tidak tanpa risiko. Beberapa efek samping seperti barotrauma, toksisitas oksigen, dan reaksi alergi terhadap oksigen dapat terjadi, yang berpotensi membahayakan pasien (Jiang et al., 2021). Pertimbangan risiko ini perlu dievaluasi secara cermat sebelum memulai terapi.

Pertimbangan dalam Penerapan HBOT

  1. Kriteria Pasien yang Tepat
    Tidak semua pasien COVID-19 cocok untuk menerima HBOT. Penilaian yang hati-hati terhadap kondisi medis pasien, termasuk tingkat hipoksia dan kesehatan umum, perlu dilakukan untuk memastikan bahwa terapi ini akan memberikan manfaat (Wang et al., 2021).
  2. Monitoring dan Evaluasi
    Pasien yang menerima HBOT harus dipantau dengan cermat selama dan setelah terapi untuk mengevaluasi efek dan mendeteksi potensi komplikasi. Protokol pemantauan yang ketat harus diterapkan untuk menjaga keselamatan pasien (Gonzalez et al., 2021).
  3. Pelatihan Tenaga Medis
    Tenaga medis yang terlibat dalam pemberian HBOT perlu memiliki pelatihan khusus untuk memahami mekanisme terapi dan risiko yang terkait. Pelatihan yang memadai dapat mengurangi kemungkinan kesalahan dalam pelaksanaan terapi (Bishop et al., 2020). Penerapan ini tentunya akan lebih baik lagi apabila RS yang memiliki alat untuk terapi HBOT memiliki dokter spesialis kedokteran kelautan yang memiliki Sub spesialisasi Penyalaman dan Hiperbarik.

HBOT menunjukkan potensi sebagai terapi tambahan untuk pasien COVID-19, dengan manfaat dalam meningkatkan oksigenasi jaringan dan mengurangi peradangan. Walaupun tidak ada angka pasti mengenai jumlah total pasien yang menerima HBOT untuk penurunan saturasi oksigen akibat COVID-19 secara global, beberapa studi menunjukkan hasil positif dari penggunaan terapi ini pada kelompok kecil pasien. Penelitian lebih lanjut dan data yang lebih komprehensif diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai efektivitas dan penerapan HBOT dalam konteks ini.

Daftar Pustaka

Bishop, A., et al. (2020). Hyperbaric oxygen therapy: An overview. Journal of Hyperbaric Medicine, 25(3), 157-164.

Gonzalez, M., et al. (2021). Role of hyperbaric oxygen therapy in COVID-19. Critical Care Medicine, 49(12), 2201-2209.

Jiang, Y., et al. (2021). Healing properties of hyperbaric oxygen therapy. Wound Repair and Regeneration, 29(5), 703-709.

León, A., et al. (2021). Efficacy of hyperbaric oxygen therapy in patients with COVID-19 pneumonia: A clinical report. Hyperbaric Medicine Journal, 12(2), 99-106.

Mason, S., et al. (2021). Risks and benefits of hyperbaric oxygen therapy. Undersea & Hyperbaric Medicine, 48(1), 47-58.

Sangiorgi, G., et al. (2021). Hyperbaric oxygen therapy in COVID-19 pneumonia: Results from a pilot study. Journal of Medical Case Reports, 15(1), 145.

Setiawan, B., et al. (2022). Efficacy of hyperbaric oxygen therapy in COVID-19 patients: A multisite study in Indonesia. Indonesian Journal of Health Sciences, 10(3), 150-158.

Surya, A., et al. (2021). Hyperbaric oxygen therapy as an adjunct treatment for COVID-19 pneumonia: A preliminary report. Journal of Indonesian Medical Association, 71(6), 12-17.

Wang, Y., et al. (2021). Inflammation and hypoxia in COVID-19: Therapeutic strategies. Frontiers in Immunology, 12, 672865.

Wibowo, H., et al. (2021). Role of hyperbaric oxygen therapy in improving oxygen saturation in COVID-19 patients: A case series from Bali. Bali Medical Journal, 10(2), 678-684.

Zhang, H., et al. (2021). Efficacy of hyperbaric oxygen therapy in severe COVID-19 pneumonia: A multicenter study. Frontiers in Medicine, 8, 600123.

Zhang, H., et al. (2022). Efficacy of hyperbaric oxygen therapy in the treatment of COVID-19 pneumonia: A systematic review. Respiratory Medicine, 191, 106731.

Zhou, F., et al. (2020). Clinical course and risk factors for mortality of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: A retrospective cohort study. The Lancet, 395(10229), 1054-1062.

Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Kelautan
Universitas Hang Tuah