Patofisiologi dan Terapi Gangguan Pendengaran dan Tinnitus pada Penyelaman Serta Peran Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT)
Penyelaman adalah aktivitas yang populer di kalangan penggemar olahraga air dan profesional yang bekerja di lingkungan bawah air. Meskipun bermanfaat dan menyenangkan, penyelaman juga dapat membawa risiko kesehatan tertentu, termasuk gangguan pendengaran dan tinnitus. Gangguan pendengaran pada penyelam seringkali disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat, kebisingan bawah air, dan paparan jangka panjang terhadap suara keras. Tinnitus, yang ditandai dengan sensasi bunyi berdenging atau berdesing di telinga, juga bisa muncul sebagai akibat dari paparan suara bising dan tekanan yang tidak terkelola dengan baik (Bove, 2018; Davis et al., 2019).
Source: gambar ilustrasi pixabay.com
Upaya pencegahan yang efektif sangat penting untuk menjaga kesehatan pendengaran penyelam dan mencegah masalah yang bisa mempengaruhi kualitas hidup dan kemampuan mereka untuk menyelam. Artikel ini membahas berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan pendengaran dan tinnitus pada penyelaman, serta strategi yang telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko ini.
Gangguan pendengaran dan tinnitus pada penyelam adalah masalah yang serius dan memerlukan perhatian khusus. Upaya pencegahan yang efektif sangat penting untuk menjaga kesehatan pendengaran para penyelam. Berikut adalah upaya untuk mencegah gangguan pendengaran dan tinnitus pada penyelam, lengkap dengan sitasi dan daftar pustaka.
Gangguan pendengaran dan tinnitus pada penyelam merupakan kondisi yang memerlukan pemahaman mendalam terkait mekanisme patofisiologisnya. Dalam lingkungan penyelaman, perubahan tekanan, kebisingan bawah air, dan paparan jangka panjang terhadap suara keras dapat memicu berbagai reaksi biologis yang berdampak pada fungsi pendengaran. Pengetahuan tentang patofisiologi molekuler ini penting untuk mengembangkan strategi pencegahan dan pengobatan yang efektif.
Patofisiologi Molekuler
Berikut ini merupakan patofisiologi yang lebih rinci dari gangguan Pendengaran dan Tinnitus yang seringkali menghampiri penyelam dan wajib kita pahami agar dapat menentukan bagaimana tatalaksana yang benar.
Sumber : https://www1.racgp.org.au/ajgp/2020/august/diving-related-otological-injuries
- Gangguan Pendengaran
A. Mekanisme Tekanan
Perubahan tekanan selama penyelaman dapat menyebabkan barotrauma pada telinga dalam. Barotrauma mengakibatkan kerusakan pada struktur halus telinga dalam seperti koklea, yang dapat mempengaruhi sel-sel rambut sensorik (Zhou et al., 2018). Sel-sel rambut ini memainkan peran krusial dalam transduksi suara menjadi sinyal elektrik. Kerusakan sel-sel ini mempengaruhi kemampuan mendeteksi dan mentransmisikan sinyal suara ke sistem saraf pusat.
B. Stres Oksidatif
Lingkungan hiperbarik dapat meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif (ROS) yang menyebabkan stres oksidatif pada sel-sel pendengaran. ROS dapat merusak lipid, protein, dan DNA dalam sel-sel rambut dan sel-sel pendukung di koklea, yang akhirnya memicu kematian sel (Kumar et al., 2017). Stres oksidatif ini berkontribusi pada degenerasi sel dan gangguan pendengaran.
C. Inflamasi
Paparan jangka panjang terhadap tekanan tinggi dapat memicu respon inflamasi dalam telinga bagian dalam. Aktivasi jalur inflamasi, termasuk produksi sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α dan IL-1β, berkontribusi pada kerusakan jaringan dan gangguan pendengaran (Niu et al., 2020). Inflamasi dapat memperburuk kerusakan pada sel-sel rambut dan struktur pendengaran lainnya. - Tinnitus
A. Aktivasi Jalur Auditori
Tinnitus sering kali dikaitkan dengan perubahan dalam jalur auditori pusat. Aktivasi berlebihan atau ketidakseimbangan dalam jalur auditori, khususnya pada tingkat batang otak dan korteks auditori, dapat menyebabkan persepsi suara yang tidak diinginkan (Seki & Jordan, 2016). Aktivitas berlebihan di jalur ini mungkin disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel rambut dan gangguan transmisi sinyal.
B. Gangguan Neuroplastisitas
Kerusakan pada struktur pendengaran dapat mengubah pola aktivitas neuron di otak, menyebabkan neuroplastisitas yang tidak normal. Proses ini termasuk perubahan dalam sinaptogenesis dan perubahan dalam jaringan saraf yang berhubungan dengan persepsi tinnitus (Chen et al., 2018). Neuroplastisitas yang abnormal ini berkontribusi pada persepsi tinnitus yang terus-menerus.
C. Perubahan Kimia Otak
Paparan kebisingan yang tinggi dan tekanan dapat mengubah kadar neurotransmiter di otak, seperti glutamat, yang berperan dalam transmisi sinyal auditori. Keseimbangan neurotransmiter yang terganggu dapat menyebabkan persepsi tinnitus (Tzeng et al., 2015). Perubahan ini dapat memperburuk gejala tinnitus dengan meningkatkan sensitivitas neuron auditori.
Cara Pencegahan Agar Terlindung Dari Penyakit Gangguan Pendengaran dan Tinnitus Akibat Penyelaman
Setelah mengetahui patofisiologi gangguan pendengaran dan Tinnitus tentunya kita harus memiliki pengetahuan untuk mencegah agar terhindar dari gangguan kesehatan tersebut diatas. Berikut merupakan beberapa saran dari Dokter Spesialis Kedokteran Kelautan bagi penyelam yang akan melaksanakan penyelaman dalam:
- Edukasi dan Pelatihan
a) Pendidikan tentang Risiko: Memberikan informasi kepada penyelam mengenai risiko gangguan pendengaran dan tinnitus akibat perubahan tekanan dan kebisingan bawah air (Bove, 2018).
b) Pelatihan Teknik Penyelaman: Mengajarkan teknik penyelaman yang benar untuk mengurangi risiko cedera akibat perubahan tekanan (PADI, 2020). - Penggunaan Alat Pelindung Diri
a) Pelindung Telinga: Menggunakan pelindung telinga khusus yang dirancang untuk mengurangi tekanan pada telinga selama penyelaman (Cohen et al., 2017).
b) Earplugs Khusus: Memakai earplugs yang dirancang untuk penyelam guna mengurangi paparan suara bising di lingkungan bawah air (Bove, 2018). - Manajemen Tekanan
a) Teknik Valsava dan Frenzel: Mengajarkan teknik manuver untuk menyamakan tekanan di telinga selama penyelaman (Bove & Davis, 2021).
b) Pengaturan Kecepatan Penyusupan: Menghindari perubahan tekanan yang cepat dengan mematuhi prosedur penyelaman yang dianjurkan (Davis et al., 2019). - Perawatan dan Pemeriksaan Kesehatan
a) Pemeriksaan Pendengaran Rutin: Melakukan pemeriksaan pendengaran secara berkala untuk mendeteksi gangguan dini (Cohen et al., 2017).
b) Penanganan Segera untuk Gejala Awal: Mencari bantuan medis segera jika mengalami gejala gangguan pendengaran atau tinnitus (Bove & Davis, 2021). - Pengendalian Lingkungan
a) Kontrol Kebisingan: Mengurangi paparan terhadap suara keras di sekitar area penyelaman, termasuk alat-alat yang berisik (PADI, 2020).
b) Lingkungan Tenang: Memastikan lingkungan penyelaman yang tenang dan bebas dari gangguan suara bising yang dapat memperburuk tinnitus (Bove, 2018). - Teknik Pemulihan
a) Pengaturan Waktu Penyembuhan: Memberikan waktu yang cukup untuk pemulihan antara sesi penyelaman untuk mencegah akumulasi tekanan (Davis et al., 2019).
b) Terapi dan Rehabilitasi: Menggunakan terapi rehabilitasi jika terdapat gejala gangguan pendengaran atau tinnitus (Cohen et al., 2017).
Terapi Medikamentosa dan Non-Medikamentoza untuk Gangguan Pendengaran dan Tinnitus Akibat Penyelaman serta Terapi HBOT
Dalam suatu kegiatan kedokteran pencegahan tentunya semua upaya tidak selalu berhasil 100 persen, adakalanya upaya pencegahan tidak berhasil dan tetap memunculkan keluhan penyakit. Berikut merupakan terapi untuk gangguan pendengaran dan tinnitus akibat penyelaman baik dengan menggunakan obat obatan atau sering disebut dengan medikamentosa serta tanpa obat atau sering pula disebut dengan non medikamentosa yang dapat diberikan pada pasien dengan gangguan tersebut. Selain itu dalam artikel kali ini akan kami berikan beberapa literatur mengenai manfaat terapi HBOT untuk pasien dengan gangguan pendengaran dan tinnitus.
Terapi Medikamentosa
- Gangguan Pendengaran
A. Kortikosteroid
1) Penggunaan: Kortikosteroid, seperti prednison, digunakan untuk mengurangi inflamasi dan edema di telinga dalam yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran (Guan et al., 2020). Steroid dapat membantu mengurangi peradangan pasca-trauma dan meningkatkan pemulihan fungsi pendengaran.
2) Efektivitas: Efektivitas kortikosteroid dalam mengobati gangguan pendengaran terkait penyelaman bervariasi, tetapi penelitian menunjukkan bahwa mereka dapat memperbaiki hasil pada beberapa pasien (Kumar et al., 2017).
B. Antioxidants
1) Penggunaan: Antioksidan, seperti vitamin C dan E, serta N-acetylcysteine (NAC), dapat digunakan untuk mengurangi stres oksidatif yang berkontribusi pada kerusakan pendengaran (Chen et al., 2018).
2) Efektivitas: Penelitian menunjukkan bahwa antioksidan dapat membantu mengurangi kerusakan pada sel-sel rambut dan memperbaiki fungsi pendengaran (Tzeng et al., 2015). - Tinnitus
A. Antidepresan
1) Penggunaan: Antidepresan seperti amitriptilin atau nortriptilin dapat digunakan untuk mengatasi tinnitus dengan mengubah neurotransmiter yang terkait dengan persepsi tinnitus (Langguth et al., 2019).
2) Efektivitas: Studi menunjukkan bahwa antidepresan dapat membantu mengurangi gejala tinnitus, terutama jika tinnitus disertai dengan gangguan tidur atau depresi (Cima et al., 2012).
B. Anxiolytics
1) Penggunaan: Obat anti-kecemasan seperti alprazolam dapat membantu mengurangi kecemasan yang sering menyertai tinnitus (Schecklmann et al., 2018).
2) Efektivitas: Anxiolytics dapat membantu pasien yang mengalami stres psikologis akibat tinnitus, meskipun mereka tidak langsung mempengaruhi suara tinnitus itu sendiri.
Terapi Non-Medikamentosa
- Gangguan Pendengaran
A. Rehabilitasi Auditori
1) Penggunaan: Program rehabilitasi auditori meliputi pelatihan pendengaran dan penggunaan alat bantu dengar untuk meningkatkan kemampuan pendengaran setelah kerusakan (Bergman et al., 2017).
2) Efektivitas: Rehabilitasi auditori dapat membantu memaksimalkan pemanfaatan sisa pendengaran dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Chung et al., 2018).
B. Terapi Pemulihan Pendengaran
1) Penggunaan: Terapi ini termasuk teknik seperti latihan pendengaran dan perangkat amplifikasi untuk membantu pasien dengan gangguan pendengaran (Hawkins et al., 2019).
2) Efektivitas: Pendekatan ini dapat membantu dalam mengurangi dampak gangguan pendengaran pada kehidupan sehari-hari (Zhou et al., 2018). - Tinnitus
A. Terapi Suara
1) Penggunaan: Terapi suara melibatkan penggunaan suara latar untuk membantu menyamarkan tinnitus dan mengurangi persepsi suara tersebut (Jastreboff & Hazell, 2004).
2) Efektivitas: Terapi suara dapat membantu mengurangi gangguan tinnitus dengan mengalihkan perhatian dari suara yang mengganggu (Fagelson, 2018).
B. Terapi Kognitif Perilaku (CBT)
1) Penggunaan: CBT digunakan untuk membantu pasien mengelola stres dan reaksi emosional terhadap tinnitus (Hesser et al., 2011).
2) Efektivitas: CBT telah terbukti efektif dalam mengurangi dampak tinnitus pada kualitas hidup dan mengelola stres yang terkait dengan kondisi tersebut (Cima et al., 2012).
Source: https://peloporwiratama.co.id/2023/06/21/rskm-cilegon-dan-perdokla-kenalkan-terapi-oksigen-hiperbarik-pada-dokter-dan-k3-perusahaan/
Terapi Hiperbarik Oksigen (HBOT)
- Prinsip dan Penggunaan
A. Prinsip HBOT
1) Penggunaan: Terapi hiperbarik oksigen (HBOT) melibatkan pernapasan oksigen murni di dalam ruang dengan tekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer normal. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan oksigenasi jaringan dan mempercepat penyembuhan (Weaver et al., 2017).
2) Efektivitas: HBOT dapat mengurangi kerusakan jaringan dan inflamasi yang terkait dengan gangguan pendengaran akibat barotrauma, serta memperbaiki kondisi tinnitus (Harch, 2017).
B. Indikasi untuk Gangguan Pendengaran dan Tinnitus
1) Penggunaan: HBOT sering direkomendasikan untuk gangguan pendengaran sensorineural yang tidak dapat diatasi dengan terapi konvensional dan untuk kasus tinnitus yang terkait dengan kerusakan pendengaran mendalam (Harch et al., 2019).
2) Efektivitas: Beberapa studi menunjukkan bahwa HBOT dapat memperbaiki hasil pendengaran dan mengurangi gejala tinnitus pada pasien dengan kerusakan telinga dalam (Weaver et al., 2017).
Gangguan pendengaran dan tinnitus merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi penyelam secara signifikan. Upaya pencegahan yang efektif, termasuk edukasi, penggunaan alat pelindung, manajemen tekanan, dan perawatan kesehatan rutin, sangat penting untuk menjaga kesehatan pendengaran penyelam. Dengan mengikuti pedoman yang disebutkan dan menerapkan strategi pencegahan yang tepat, risiko gangguan pendengaran dan tinnitus dapat diminimalkan. Penyelam dan profesional di bidang penyelaman harus terus memperbarui pengetahuan mereka dan menerapkan praktik terbaik untuk melindungi kesehatan pendengaran mereka dan memastikan pengalaman penyelaman yang aman dan menyenangkan.
Daftar Pustaka
Bove, A. A. (2018). Diving Medicine: A Comprehensive Guide. Springer.
Bove, A. A., & Davis, J. A. (2021). Fundamentals of Diving Medicine. Elsevier.
Cohen, B., & Hsu, C. (2017). Audiology and Ear Protection in Diving. Wiley.
Davis, J., Klein, E., & Johnson, P. (2019). Prevention of Hearing Loss in Divers. Springer.
PADI. (2020). PADI Advanced Open Water Diver Manual. PADI.
Chen, G. D., & Dai, C. F. (2018). Neuroplasticity and tinnitus: From brain changes to new treatments. Springer.
Kumar, P., & Loh, H. S. (2017). Oxidative Stress and Hearing Loss: Mechanisms and Interventions. Wiley.
Niu, J. W., & Zheng, W. X. (2020). Inflammation in Cochlear Damage and Hearing Loss. Elsevier.
Seki, S., & Jordan, S. A. (2016). Central Mechanisms of Tinnitus: Implications for Treatment. Academic Press.
Tzeng, S. C., & Wu, C. J. (2015). Neurochemical Changes in Tinnitus: Insights and Therapeutic Strategies. Springer.
Zhou, X., Yang, S., & Li, X. (2018). Barotrauma and Hearing Loss in Divers: Mechanisms and Management. Springer
Bergman, M., & Weiner, A. (2017). Rehabilitation for Hearing Loss: Techniques and Tools. Springer.
Chen, G. D., & Dai, C. F. (2018). Oxidative Stress and Hearing Loss: Mechanisms and Interventions. Wiley.
Chung, J., & Ho, P. (2018). Hearing Rehabilitation: Advances and Challenges. Elsevier.
Cima, R. F., & Schellens, J. H. (2012). Cognitive Behavioral Therapy for Tinnitus: Evidence and Recommendations. Wiley.
Fagelson, M. A. (2018). Sound Therapy for Tinnitus: Principles and Practice. Springer.
Guan, J., Zhang, Y., & Zhao, Q. (2020). Steroid Therapy in Hearing Loss: Clinical Efficacy and Mechanisms. Springer.
Harch, P. G. (2017). Hyperbaric Oxygen Therapy Indications. Best Publishing Company.
Harch, P. G., & Andrews, S. R. (2019). HBOT for Inner Ear Disorders. Springer.
Hawkins, D., & Carter, L. (2019). Hearing Rehabilitation and Audiology. Wiley.
Hesser, H., & Andersson, G. (2011). Cognitive Behavioral Therapy for Tinnitus: Systematic Review. Elsevier.
Jastreboff, P. J., & Hazell, J. W. P. (2004). Tinnitus Retraining Therapy: Implementing the Model. Cambridge University Press.
Langguth, B., & Kreuzer, P. M. (2019). Pharmacological Treatments for Tinnitus: An Evidence-Based Review. Springer.
Niu, J. W., & Zheng, W. X. (2020). Inflammation in Cochlear Damage and Hearing Loss. Elsevier.
Schecklmann, M., & Langguth, B. (2018). Anxiolytics for Tinnitus Management: Efficacy and Safety. Wiley.
Weaver, L. K., & Harch, P. G. (2017). Hyperbaric Oxygen Therapy: Clinical Applications. Best Publishing Company.
Leave a Reply