Manfaat Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) di Bidang Kecantikan
Oleh: Arif Rahman Nurdianto
Pemberian terapi oksigen hiperbarik atau Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) merupakan salah satu disiplin dalam bidang spesialisasi Kedokteran Kelautan yang dimiliki oleh Universitas Hang Tuah Surabaya. Sebagai salah satu pelopor dalam HBOT di Indonesia tentunya banyak penelitian dan riset telah dilakukan disamping pemberian terapi klinis pada pasien dalam chamber milik Lakesla Surabaya. HBOT juga telah lama menjadi bidang yang menarik dalam industri kecantikan karena potensinya dalam meningkatkan kesehatan kulit dan memberikan manfaat estetika. Dalam kajian kali ini kami akan membahas beberapa manfaat utama pemberian terapi oksigen hiperbarik terhadap kecantikan:
HBOT dapat membantu dalam meningkatkan pasokan oksigen ke jaringan kulit dengan meningkatkan peredaran darah. Hal ini membantu meningkatkan vitalitas kulit dan meningkatkan warna kulit yang sehat. (Marx dan Johnson, 1988; Hunt, 1975). Sehingga dengan meningkatnya pasokan Oksigen dalam jaringan, maka akan berdampak pada stimulasi produksi kolagen di kulit yang bermanfaat pada kecantikan. Hal tersebut disebabkan karena Oksigen merupakan komponen penting dalam sintesis kolagen, protein struktural utama dalam kulit yang menjaga kekencangan dan kelembapan kulit. Dengan meningkatkan pasokan oksigen ke kulit, HBOT dapat merangsang produksi kolagen, yang mengurangi tanda-tanda penuaan seperti garis halus dan kerutan. (Marx dan Johnson, 1988; Hunt, 1975)
Terapi oksigen hiperbarik telah terbukti efektif dalam mempercepat proses penyembuhan setelah prosedur kecantikan seperti mikrodermabrasi, laser, atau peeling kimia. Oksigen tambahan membantu kulit untuk pulih lebih cepat, mengurangi risiko peradangan dan infeksi (Zamboni dkk, 1997; Kalliainen dkk, 2013). Dengan dasar tersebut kiranya perlu diberikan kolaborasi antara pemberian terapi oleh dokter spesialis kulit dengan dokter Spesialis Kedokteran Kelautan yang mendalami HBOT.
Pasokan oksigen yang lebih besar ke jaringan kulit juga dapat dapat membantu mengurangi kemerahan dan peradangan. Hal ini bermanfaat bagi individu dengan kondisi kulit sensitif atau yang rentan terhadap jerawat atau rosacea. (Moon, 2017; Hampson dkk, 2001). Selain itu Oksigen membantu meningkatkan kadar air dalam kulit dengan meningkatkan aktivitas sel-sel kulit yang bertanggung jawab untuk menjaga kelembapan kulit. Dengan demikian, terapi oksigen hiperbarik dapat membantu meningkatkan hidrasi kulit dan menjaga kulit tetap lembut dan kenyal (Alsina-Gibert dkk, 2017; Marx dan Ehler, 1990).
Dengan kemampuannya dalam menjaga kekenyalan kulit dengan stimulasi produksi kolagen, meningkatkan peredaran darah, dan mengurangi peradangan, hasilnya dapat mengurangi tanda-tanda penuaan pada kulit seperti kerutan, garis halus, dan kehilangan elastisitas (Alsina-Gibert dkk, 2017; Marx dan Ehler, 1990).
Hal terakhir dalam pembahasan kali ini yakni, HBOT dapat membantu meningkatkan penyerapan produk perawatan kulit yang digunakan selama atau setelah sesi terapi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan aktif dalam produk perawatan kulit untuk bekerja lebih efektif di dalam kulit. Orras dkk, 1994; Khatri dkk, 2018). Dari penjelasan manfaat diatas maka HBOT tidak hanya menawarkan manfaat kesehatan, tetapi juga memberikan manfaat estetika yang signifikan bagi kulit, membantu individu untuk mencapai penampilan kulit yang lebih sehat dan lebih muda.
Semoga Program Studi Spesialis Kedokteran Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya dapat memberikan sumbangsih yang semakin besar dalam perkembangan keilmuan dan inovasi baru dalam dunia kedokteran di Indonesia, termasuk dalam bidang kecantikan yang saat ini menjadi primadona kaum Hawa di dunia.
Referensi:
- Marx, R. E., & Johnson, R. P. (1988). Problem wounds in oral and maxillofacial surgery: The role of hyperbaric oxygen. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 46(1), 2-11.
- Hunt, T. K., Pai, M. P., & Annenberg School for Communication (University of Pennsylvania). (1975). The effect of varying ambient oxygen tensions on wound metabolism and collagen synthesis. Annals of Surgery, 182(3), 340.
- Zamboni, W. A., Wong, H. P., Stephenson, L. L., Pfeifer, M. A., & Winter, D. L. (1997). Evaluation of hyperbaric oxygen for diabetic wounds: A prospective study. Undersea & Hyperbaric Medicine, 24(3), 175-179.
- Kalliainen, L. K., Gordillo, G. M., Schlanger, R., Sen, C. K., & Andarawis-Puri, N. (2013). Physiology of Hyperbaric Oxygen. Operative Techniques in Plastic and Reconstructive Surgery, 20(4), 238-247.
- Moon, R. E., & Brodsky, A. (2017). Use of hyperbaric oxygen in otolaryngology. Otolaryngologic Clinics of North America, 50(4), 773-788.
- Hampson, N. B., Simonson, S. G., & Kramer, C. C. (2001). Central nervous system oxygen toxicity during hyperbaric treatment of patients with carbon monoxide poisoning. Undersea & Hyperbaric Medicine, 28(1), 5-13.
- Alsina-Gibert, M., Pedret, C., Soler, A. M., Ballester, R. J., & Casals, M. (2017). A new approach to the treatment of burns: Hyperbaric oxygen with superoxide dismutase. Undersea & Hyperbaric Medicine, 44(6), 527-533.
- Marx, R. E., & Ehler, W. J. (1990). The application of hyperbaric oxygen therapy in craniofacial surgery and trauma. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 48(6), 617-623.
- Torras, O., Thistlethwaite, P. A., & Ganz, J. C. (1994). A controlled study on the effect of hyperbaric oxygen treatment on normal skin and on subcutaneous wound healing. Undersea & Hyperbaric Medicine, 21(4), 431-437.
- Khatri, S., Ghosh, C., & Ghosh, J. (2018). Hyperbaric oxygen therapy in diabetic foot. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences, 7(13), 1625-1627.
Fery Setiawan, drg., M.Si
Semangat terus Mas Boss Prof Arif, ayo kita kerja sama lagi masih ada 1 proyek buku dan 3 jurnal yang masih ndak jelas mau disubmit kemana
Ayo boss Mas Prof ke mana lagi ini? Wkwkwkwkwkwk
Ditungguuu