All posts by dr. Anita Devi Residen SpKL

DECOMPRESSION ILLNESS

Menyelam/ SCUBA Diving merupakan rekreasi populer yang diikuti oleh jutaan wisatawan di seluruh dunia. Salah satu risiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada saat penyelam naik ke permukaan adalah Penyakit Dekompresi/ Decompression Illness. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk Decompression Illness: Decompression Sickness, Bends, Compressed air illness, Caisson disease, Divers Palsy, Aeroembolism, Dysbarism.

DEFINISI:

Decompression Illness (DCI) adalah Penyakit/ kelainan yang disebabkan lepas dan mengembangnya gelembung gas (terutama Nitrogen) dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan di sekitarnya.

II. PEMBAHASAN

ETIOLOGI AND PATHOFISIOLOGI
Berdasarkan Hukum Henry :

  • Jika tekanan gas diatas suatu larutan meningkat, jumlah gas yang terlarut di dalam larutan tersebut akan meningkat
  • Sebaliknya, jika tekanan di atas larutan tsb menurun,  jumlah gas yang terlarut di dalam larutan tsb menurun dan membentuk gelembung gas (bubble) di dalam larutan

Ketika seorang penyelam menghirup udara dari peralatan scuba di kedalaman, Nitrogen dihirup dengan tekanan parsial yang meningkat. Karena gas berdifusi dari area konsentrasi tinggi (tekanan parsial tinggi) ke area konsentrasi rendah, Nitrogen diambil dari paru oleh darah dan diangkut di sekitar tubuh dan masuk ke jaringan. Semakin dalam menyelam, semakin besar tekanan parsial Nitrogen, sehingga jumlah Nitrogen yang diserap ke dalam jaringan semakin besar. Kecepatan Nitrogen yang didistribusikan ke jaringan tergantung pada aliran darah di jaringan tersebut. Jaringan dengan kebutuhan metabolik tinggi seperti otak, jantung, ginjal dan hati menerima sebagian besar darah yang dipompa dari jantung. Jaringan tersebut juga akan menerima sebagian besar Nitrogen yang terbawa dalam darah dan akan memiliki serapan Nitrogen yang cepat. Jaringan seperti ini disebut “jaringan cepat” karena serapan Nitrogen mereka yang cepat. Nitrogen di eliminasi secara sebaliknya dari proses penyerapan di jaringan.

Ketika penyelam naik ke permukaan, tekanan lingkungan menurun, juga terdapat penurunan tekanan parsial Nitrogen di udara. Saat penyelam bernapas, memungkinkan darah melepaskan Nitrogen ke paru-paru. Penurunan kadar Nitrogen darah menyebabkan Nitrogen menyebar ke dalam darah dari jaringan. Jaringan cepat secara alami melepaskan Nitrogen lebih cepat daripada jaringan yang lebih lambat (otot, sendi, tulang).

Manifestasi klinis diakibatkan oleh tekanan lingkungan yang menurun pada saat penyelam naik ke permukaan. Penurunan tekanan lingkungan ini menyebabkan gas inert (terutama Nitrogen) terlarut dalam jaringan keluar dari bentuk larutnya dan memasuki fase gas. Akibatnya terjadi pembentukan gelembung gas di jaringan, di arteri dan darah vena. Gelembung Nitrogen dapat mengecil dengan sendirinya karena gas di dalamnya berdifusi kembali ke dalam darah, gelembung di dalam Vena kembali ke jantung kanan kemudian mengikuti sirkulasi kembali ke paru-paru, di filter di kapiler paru dan dapat dikeluarkan melalui ekshalasi. Kapiler paru merupakan filter yang sangat efektif. 

Jika penyelam naik ke permukaan terlalu cepat, jumlah dan volume Gelembung Nitrogen yang terbentuk melebihi kapasitas penyaringan kapiler paru. Sebagian gelembung Nitrogen dari vena tidak tersaring, melewati kapiler memasuki sirkulasi arteri. Gelembung Nitrogen pada vena dapat juga memasuki sirkulasi arteri melalui celah pada “Patent Foramen Ovale (PFO)”. Gelembung Nitrogen dapat menekan dan merusak jaringan, menimbulkan sumbatan dan kerusakan pembuluh darah, merangsang reaksi radang dan perubahan biokimia didalam darah. Lokasi, jumlah dan ukuran gelembung menentukan tipe dan tingkat keparahan gejala yang timbul.

Beberapa Hukum fisika yang berhubungan dengan Penyelaman dan Decompression Illness:

Hukum Boyle : Volume gas berbanding terbalik dengan tekanan pada suhu tetap

Hukum Dalton :Tekanan gas dalam suatu campuran sama dengan jumlah tekanan masing-masing gas dalam campuran tersebut

Hukum Charles : Pada volume tetap, temperatur gas berbanding lurus dengan tekanannya

MANIFESTASI DAN GEJALA KLINIS

Gejala biasanya muncul segera setelah penyelam naik ke permukaan permukaan hingga 48 jam sesudahnya. Bepergian ke dataran tinggi (lebih dari 300 meter), mendaki gunung ataupun terbang dengan pesawat komersial setelah menyelam dapat menyebabkan gelembung Nitrogen  berkembang karena tekanan lingkungan lebih rendah dari tekanan di permukaan laut. Ada 3 Type Decompression Illness:

  • Type I (Pain Only)
    – Nyeri sendi, yang memburuk dengan gerakan dan biasanya melibatkan siku dan bahu, rasa tebal dan kesemutan
    – Rasa lelah (fatigue)
    – Obstruksi limfatik yang dapat menyebabkan pembengkakan lokal Ruam, Kulit kemerahan (cutis marmorata), gatal, atau gelembung di bawah kulit
  • Type II
    Cardiopulmonary : Nyeri dada, batuk, Sesak nafas,
    Spinal : Kelumpuhan, Gangguan sensorik, gangguan BAB/ BAK
    Vestibular : Gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan,
  • Type III
    – Cerebral Arterial Gas Embolism (CAGE)
    – Disorientasi, penurunan kesadaran, Nyeri kepala berat, gangguan Visual, gangguan bicara, ataksia, mual, muntah, kejang

Pertolongan Pertama:

  • Oksigen 100%, recovery position/ posisi pemulihan, membuat pasien merasa nyaman
  • Rehidrasi (cairan melalui mulut hanya diberikan kepada orang yang sepenuhnya sadar)
  • terapi simptomatis, misalnya mengurangi nyeri dengan memberikan NSAID
  • tanyakan informasi tentang riwayat penyelaman dalam 48 jam terakhir
  • pantau tanda-tanda vital, lakukan pemeriksaan neurologis lapangan jika memungkinkan
  • Kontak dengan konsultan / Dokter Hiperbarik dan rujuk ke Hiperbarik terdekat.

Jika menggunakan pesawat, penerbangan harus tidak lebih dari 1000 feet (305 meter). Lebih baik dengan jalur darat, perahu/ boat

Terapi Utama :

  • Terapi Oksigen Hiperbarik/ Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT)

HYPERBARIC OXYGEN THERAPY (HBOT)

Pengobatan yang menggabungkan menghirup Oksigen 100% dengan memberikan tekanan lebih dari 1 atmosfir absolute (1 ATA) didalam Hyperbaric chamber (RUBT). Tekanan yang diberikan harus sistemik, dan dapat dilakukan di dalam monoplace chamber (untuk 1 pasien) ataupun  multiplace chamber, Paseien bernafas melalui masker ataupun orotracheal tube.

Indikasi HBOT yang direkomendasikan oleh Undersea & Hyperbaric Medical Society (UHMS)

  1. Intoksikasi CO
  2. Decompression Illness
  3. Emboli Gas/ Udara
  4. Insuffisiensi Arteri Perifer Akut
  5. Acute Traumatic Peripheral Ischemia
  6. Crush Injury, Compartment Syndrome
  7. Skin Grafts / Skin Flaps
  8. Exceptional Blood Loss Anemia
  9. Osteoradionekrosis
  10. Soft Tissue Radionecrosis
  11. Necrotizing Soft Tissue Infections
  12. Gas Gangren
  13. Osteomyelitis Kronis
  14. Actinomycosis
  15. Ulkus diabetic/ Diabetic Foot
  16. Retinal Artery Occlusion

DASAR-DASAR TERAPI HBOT

  • Memperkecil volume gelembung gas, mempercepat resolusi gelembung gas, terutama pada Decompression Illness dan Emboli Gas/ Udara
  • Daerah iskemik/hipoksia akan menerima O2 optimal
  • Dalam jangka panjang meningkatkan pembentukan pembuluh kapiler baru di daerah hipoksia
  • Menekan pertumbuhan kuman, terutama kuman anaerob
  • Meningkatkan pembentukan fibroblas, meningkatkan daya fagositosis lekosit, membantu pembentukan jaringan kolagen
  • Di dalam darah O2 terikat dengan hemoglobin dan O2 bebas dalam plasma. Pada kondisi Hiperbarik, O2 terlarut dalam darah lebih banyak. HBOT membuat O2 bebas daalm plasma meningkat, sehingga kadar O2 dalam jaringan disekitar pembuluh darah juga meningkat. O2 mampu masuk 10-15 kali lebih jauh & lebih banyak ke dalam jaringan
  • Membantu eliminasi asam laktat

KONTRA INDIKASI

  • Absolut : Pneumothorax yang belum di terapi (Untreated Pneumothorax)
    Tekanan akan mengubahnya menjadi Tension Pneumothorax, Gangguan sirkulasi dan kolaps paru
  • Relatif
    – Riwayat pneumothorax spontan
    – Riwayat operasi thorax
    – Infeksi Saluran Pernafasan Akut
    – Emphysema dan PPOK
    – Gangguan kejang (mis: epilepsi)
    – Demam tinggi
    – Kehamilan

PENCEGAHAN DECOMPRESSION ILLNESS

  • Dive Planning, Perencanaan Penyelaman dengan baik
  • Menggunakan Tabel/ komputer penyelaman
  • Mengikuti No-Decompression Limits
  • Membatasi waktu penyelaman (Bottom times) tidak melebihi batas yang diijinkan
  • Tidak naik ke permukaan (ascent) terlalu cepat 
  • Tidak bepergian ke ketinggian/ naik pesawat segera setelah menyelam Tidak menyelam seorang diri, selalu menyelam dengan Dive buddy

PENUTUP

Decompression Illnes dapat terjadi akibat tekanan lingkungan yang menurun terlalu cepat pada saat penyelam naik ke permukaan. Penurunan tekanan lingkungan ini menyebabkan gas inert terlarut dalam jaringan keluar dari bentuk larutnya dan memasuki fase gas. Akibatnya terjadi pembentukan gelembung gas di jaringan, di arteri dan darah vena. Jika penyelam naik ke permukaan terlalu cepat, Nitrogen yang diserap oleh tubuh penyelam saat menyelam dapat keluar dari solusi & membentuk gelembung di cairan dan jaringan tubuh. Gejala biasanya muncul segera setelah penyelam naik ke permukaan permukaan hingga 48 jam sesudahnya.

Ada 3 Type Decompression Illness: Type 1 (Pain Only), Type 2 (Cardiopulmonary, Gangguan Susunan Saraf Pusat, Spinal, Vestibular) dan Type 3 (Cerebral Arterial Gas Embolism).

Pertolongan pertama dilakukan dengan Pemberian Oksigen 100%, rehidrasi dan pengobatan simptomatis. Pengobatan utamanya adalah Terapi Oksigen Hiperbarik/ Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT). Terapi Oksigen Hiperbarik pada Decompression Illness bermanfaat untuk memperkecil volume gelembung gas, mempercepat resolusi gelembung gas dan Oksigenasi jaringan iskemik/hipoksia.

Upaya Pencegahan Decompression Illness dapat dilakukan dengan perencanaan penyelaman dengan baik, menggunakan tabel/ komputer penyelaman, tidak naik ke permukaan (ascent) terlalu cepat, membatasi waktu penyelaman tidak melebihi batas yang diijinkan, serta tidak bepergian ke ketinggian/ naik pesawat segera setelah menyelam

DAFTAR PUSTAKA

Edmonds C, et al., Diving and Subaquatic Medicine, CRC Press, 2015

Mitchell SJ, Bennett MH, Consensus Guideline Pre-hospital Management of Decompression Illness: expert review of key principles and controversies, Diving and Hyperbaric Medicine Volume 48 No. 1 March 2018 45

Edmonds C, Diving Medicine for Scuba Divers, 2013

Joiner, J.T. (ed.). 2001. NOAA Diving Manual – Diving for Science and Technology, Fourth Edition. Best Publishing Company, Flagstaff, AZ.

Lippmann J, Decompression Illness: a Simple Guide and Practical Advice on the Recognition, Management and Prevention of DCI, J.L. Publications, 2011

Pollock, N.W, Buteau D, Updates in Decompression Illness, Emergency Med Clin North Am, 2017 Vann RD, et al., Decompression Illness, www.thelancet.com, Vol. 377, 2011

Etika Kedokteran Kelautan: Tanggung Jawab Profesional di Kawasan Pesisir dan Pariwisata

Kehadiran manusia di area Kawasan pesisir dan pariwisata sering kali menimbulkan tantangan etis, khususnya dalam konteks Kedokteran Kelautan. Berbagai kegiatan yang dilakukan di kawasan pesisir yang merupakan lokasi yang kaya akan keanekaragaman hayati terkadang menimbulkan efek yang kurang menguntungkan bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Etika Kedokteran Kelautan mencakup tanggung jawab profesional dalam menangani kesehatan individu dan lingkungan di daerah pesisir. Artikel ini akan mengeksplorasi aspek-aspek utama dari Etika Kedokteran Kelautan dan bagaimana tanggung jawab profesional diterapkan pada kawasan pesisir dan pariwisata.

1. Konteks Etika Kedokteran Kelautan

Etika Kedokteran Kelautan berpegang kepada prinsip-prinsip moral dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh Dokter Spesialis Kelautan yang bekerja dalam lingkungan kelautan, termasuk wilayah pesisir dan pariwisata. Etika kedokteran kelautan mencakup berbagai aspek, mulai dari perlindungan kesehatan manusia hingga pelestarian lingkungan laut. Fokus utamanya adalah bagaimana Dokter Spesialis Kelautan dapat berkontribusi secara etis terhadap kesejahteraan individu dan lingkungan yang mereka layani.

2. Tanggung Jawab Profesional dalam Penanganan Kasus Kesehatan di Kawasan Pesisir

Dokter Spesialis Kelautan di kawasan pesisir harus menangani berbagai masalah kesehatan yang unik bagi area tersebut, termasuk penyakit terkait air, infeksi zoonosis, dan dampak kesehatan dari pencemaran lingkungan. Beberapa tanggung jawab Dokter Spesialis Kelautan di Kawasan pesisir dan pariwisata antara lain:

  • Pemantauan Kesehatan Lingkungan:
    Dokter Spesialis Kelautan perlu memantau dan memastikan bahwa lingkungan pesisir dan pariwisata tidak terkontaminasi oleh bahan kimia berbahaya atau limbah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan merusak lingkungan beserta ekosistem tempat hidup beragam biota laut yang ada di dalamnya.
  • Edukasi Masyarakat:
    Memberikan informasi dan berbagai penyuluhan kepada penduduk lokal dan pengunjung kawasan pariwisata tentang risiko kesehatan yang mungkin terjadi dan cara-cara melindungi diri dari penyakit yang terkait dengan lingkungan pesisir.
  • Penanganan Kasus Rutin dan Kasus Darurat:
    Dalam kondisi sehari-hari, Dokter Spesialis Kelautan diharapkan dapat menangani berbagai masalah kesehatan yang terjadi berkaitan dengan lingkungan pesisir dan kegiatan pariwisata. Dalam situasi bencana alam atau kecelakaan maritim, Dokter Spesialis Kelautan harus siap untuk memberikan perawatan darurat dan mengelola krisis kesehatan.

3. Etika dalam Praktik Kedokteran di Destinasi Pariwisata

Kegiatan pariwisata dapat menyebabkan perubahan besar dalam ekosistem pesisir dan membawa risiko kesehatan baru. Etika kedokteran kelautan juga melibatkan tanggung jawab khusus di kawasan pariwisata. Aspek-aspek etis yang harus dipertimbangkan:

  • Kesehatan Pengunjung:
    Dokter Spesialis Kelautan perlu memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan yang mungkin dihadapi wisatawan, seperti penyakit tropis atau reaksi alergi terhadap flora dan fauna lokal.
  • Pelayanan Kesehatan yang Berkelanjutan:
    Ketersediaan layanan kesehatan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pada kondisi darurat saja, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
  • Keberagaman Budaya:
    Dokter Spesialis Kelautan perlu memahami dan menghormati kepercayaan lokal serta praktik kesehatan tradisional dalam pelayanan medis. Dokter Spesialis Kelautan perlu mengupayakan pendekatan serta menjalin kerja sama dengan tokoh mayarakat setempat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan pesisir dalam menunjang kegiatan pariwisata.

4. Penegakan Etika dalam Penelitian Kedokteran Kelautan

Dalam pelaksanaannya, penelitian kedokteran kelautan sering kali melibatkan studi tentang dampak kesehatan dari faktor-faktor lingkungan dan interaksi manusia dengan ekosistem laut. Etika penelitian mencakup:

  • Persetujuan Informasi:
    Sebelum memutuskan untuk menjadi peserta dalam penelitian, Dokter Spesialis Kelautan perlu memastikan bahwa partisipan penelitian memberikan persetujuan yang diinformasikan dengan jelas mengenai risiko dan manfaat penelitian.
  • Keseimbangan antara Penelitian dan Konservasi:
    Dokter Spesialis Kelautan harus menghindari penelitian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau mengganggu ekosistem laut.
  • Transparansi dan Publikasi:
    Dokter Spesialis Kelautan perlu memastikan bahwa hasil penelitian dipublikasikan secara transparan untuk kepentingan umum dan masyarakat.

5. Studi Kasus dan Praktik Terbaik

Beberapa studi kasus yang relevan dapat memberikan wawasan tentang bagaimana etika kedokteran kelautan diterapkan dalam praktik nyata:

  • Studi Kasus Pencemaran Laut di Kawasan Pesisir:
    Mengamati bagaimana dampak kesehatan dari pencemaran limbah industri di kawasan pesisir dan pariwisata serta respons masyarakat sekitar  terhadap krisis tersebut.
  • Penanganan Penyakit Menular di Destinasi Pariwisata:
    Kasus-kasus penyakit menular yang melibatkan pengunjung dan wisatawan yang datang ke kawasan pesisir dan bagaimana penanganan etis dilakukan.
  • Konservasi dan Kesehatan Masyarakat di Kawasan Pesisir:
    Proyek-proyek yang menggabungkan upaya konservasi lingkungan dengan program kesehatan masyarakat.

6. Tantangan dan Solusi

Tantangan utama dalam etika kedokteran kelautan termasuk:

  • Ketidaksesuaian Sumber Daya:
    Masalah kesehatan di kawasan pesisir semakin meningkat dan beragam, sedangkan sumber daya untuk menanganinya masih terbatas.
  • Konflik Kepentingan:
    Kepentingan ekonomi dari industri pariwisata yang mungkin bertentangan dengan kesehatan lingkungan dan masyarakat.
  • Kepatuhan terhadap Regulasi:
    Kesulitan dalam menegakkan peraturan lingkungan dan kesehatan secara konsisten.

Solusi yang dapat diterapkan termasuk:

  • Kolaborasi Multidisipliner:
    Mengintegrasikan kerja sama antara Dokter Spesialis Kelautan, pemegang kebijakan, ilmuwan lingkungan, tokoh Masyarakat setempat dan pengelola pariwisata untuk solusi yang holistik.
  • Pendidikan dan Pelatihan:
    Melatih tenaga medis dan masyarakat tentang pentingnya etika dan tanggung jawab dalam pengelolaan Kesehatan dan pemeliharaan lingkungan yang berkelanjutan di kawasan pesisir.
  • Pengembangan Kebijakan:
    Sinergi yang mendorong pengembangan kebijakan yang mendukung kesehatan masyarakat dan konservasi lingkungan secara berkesinambungan.

7. Kesimpulan

Etika kedokteran kelautan mencakup berbagai tanggung jawab profesional yang harus dipertimbangkan dalam konteks kawasan pesisir dan pariwisata. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etis ini, Dokter Spesialis Kelautan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kesejahteraan manusia dan pelestarian lingkungan laut. Penerapan etika yang baik akan memastikan bahwa keseimbangan antara kebutuhan kesehatan manusia dan keberlanjutan ekosistem dapat terjaga dengan baik.

Daftar Referensi

  1. Davis, A., & Garbe, S. (2020). Ethics in Marine Medicine: Addressing Health and Environmental Challenges. Journal of Marine Health, 15(2), 45-62.
  2. Jones, R., & Smith, T. (2018). Coastal Health Management: Ethical Perspectives and Practical Approaches. Coastal and Marine Studies, 22(4), 87-104.
  3. Kumar, A., & Martinez, L. (2019). Marine Conservation and Public Health: An Integrated Approach. Environmental Health Perspectives, 127(5), 1012-1020.
  4. Lee, C., & Choi, S. (2021). The Role of Healthcare Professionals in Sustainable Tourism Destinations. International Journal of Tourism Research, 32(1), 77-89.
  5. Roberts, K., & Wilson, J. (2017). Ethical Considerations in Marine Environmental Research. Marine Policy, 80, 78-84.
  6. Smith, P., & Rogers, B. (2022). Handling Health Crises in Coastal Areas: A Case Study Approach. Health Policy and Planning, 37(3), 215-230.
  7. Wilson, A., & Green, M. (2023). Public Health and Coastal Ecosystem Services: Challenges and Solutions. Journal of Environmental Health, 85(6), 512-527.

Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Kelautan
Universitas Hang Tuah

PENYELAMAN PADA LANSIA DAN REMAJA

Penyelaman menjadi aktivitas yang semakin populer di berbagai kalangan usia, termasuk lansia dan remaja. Bagi sebagian orang, aktivitas ini tidak hanya menawarkan pengalaman yang memicu adrenalin tetapi juga memberikan manfaat kesehatan. Terdapat beberapa perbedaan signifikan dalam pertimbangan keselamatan dan kesehatan antara kedua kelompok usia tersebut. Pada penyelaman militer memang terdapat pembatasan usia maksimal 45 tahun. Tetapi tidak ada batasan usia yang resmi pada penyelam olah raga/ rekreasi. Terdapat anak-anak usia kurang dari 10 tahun serta lansia usia lebih dari 75 tahun masih melakukan olahraga scuba diving. Sebagian penyelam komersial dan peneliti masih tetap melakukan penyelaman di usia 60-70 tahun. Tulisan ini akan membahas beberapa aspek penting penyelaman, termasuk manfaat, risiko, dan panduan keselamatan untuk pengalaman menyelam yang sehat dan menyenangkan bagi lansia dan remaja.

1. PENYELAMAN PADA LANSIA

Lansia memiliki kesempatan untuk menikmati aktivitas penyelaman, namun perlu dipertimbangkan beberapa faktor kesehatan, karena kondisi fisik yang bugar sangat diperlukan dalam penyelaman. Secara umum penyelam yang lebih tua lebih mencari kesenangan daripada petualangan.

Manfaat aktivitas penyelaman bagi Lansia

  1. Meningkatkan kebugaran fisik, kekuatan otot, dan fleksibilitas.
  2. Memelihara & meningkatkan kesehatan mental, mengurangi stres, memperbaiki suasana hati
  3. Sosialisasi, penyelaman sering dilakukan dalam kelompok, mengurangi perasaan kesepian.

Penyelam lansia berusaha lebih berhati-hati, menyelam dengan lebih aman, dan biasanya sangat berpengalaman. Penyelam lansia juga lebih bertanggung jawab dan menerima pembatasan terkait aktivitas menyelam jika memiliki keterbatasan fisik. Penurunan kemampuan fisik dan masalah kesehatan yang umum terjadi pada usia lanjut seperti hipertensi, diabetes, penurunan fungsi kardiovaskuler, gangguan paru penurunan kekuatan otot, nyeri punggung, refleks yang lebih lambat, penurunan ketahanan terhadap suhu dingin, dapat mempengaruhi kemampuan lansia dalam menyelam. Untuk itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi lansia sebelum memulai aktivitas penyelaman.

Risiko Penyelaman untuk Lansia

  1. Penyakit Dekompresi: Lansia lebih rentan terhadap penyakit dekompresi karena perubahan fisiologis dalam tubuhnya. Lansia dapat mengurangi risiko penyakit dekompresi secara signifikan dengan hidrasi yang tepat sebelum menyelam. Perubahan paru-paru pada usia yang lebih tua secara teoritis meningkatkan risiko. Risiko ini dapat dikurangi dengan naik perlahan dan penggunaan pengaman.
  2. Kecelakaan: Penurunan refleks dan kemampuan fisik dapat meningkatkan risiko kecelakaan saat menyelam.
  3. Risiko Kardiovaskular

Immersion / masuknya tubuh ke dalam air itu sendiri dapat memicu reaksi fisik tertentu.

Hal ini dapat berdampak buruk terutama pada penyelam yang lebih tua.

  • Pergeseran cairan ke sentral tubuh
  • Penyempitan pembuluh darah kulit
  • Peningkatan ekskresi urin yang signifikan

Konsekuensi dari efek Immersion ini adalah kehilangan cairan yang signifikan. Pada orang tua, hal ini dapat memiliki efek yang berbahaya, karena lansia cenderung minum lebih sedikit. Terutama di musim panas atau di iklim subtropis, dehidrasi dapat terjadi dengan cepat dan menyebabkan kecelakaan penyelaman yang serius. “Darah kental” tidak dapat berkontribusi dengan baik untuk mengeliminasi gas inert. Efek Immersion ini sangat berisiko bagi sistem kardiovaskular. Pergeseran cairan ke sentral tubuh memaksa jantung untuk tiba- tiba memompa lebih banyak. Jika sirkulasi kulit juga berkurang, jantung harus bekerja melawan resistensi yang lebih tinggi.

Konsekuensi langsung yang mungkin terjadi adalah:

  • hipertensi akut
  • gangguan peredaran darah jantung
  • memicu aritmia jantung
  • sesak napas akut

Bukan hanya penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya yang dapat menyebabkan situasi kesehatan serius di dalam air tetapi juga peningkatan risiko tenggelam serta kematian jantung mendadak. Beban kerja organ tubuh saat menyelam ternyata sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kepadatan/ density gas pernapasan yang bergantung pada kedalaman. Perubahan mekanisme pernapasan akan menyebabkan keterbatasan kesehatan organ pernapasan yang sudah ada tiba-tiba muncul. Bahkan pada penyelam berpengalaman, biasanya kurang dari 5% energi tubuh akan mengalir ke fin (sirip). Hal ini disebabkan karena keterbatasasn mekanisme pernafasan.

Saran Untuk Menyelam Dengan Aman Di Usia Lanjut

  1. Lakukan pemeriksaan rutin sebelum meyelam
    Pemeriksaan kesehatan tahunan untuk kebugaran penyelam dilakukan lebih komprehensif pada usia 40 tahun, dan lebih difokuskan pada penyelam yang lebih tua di atas usia 55 tahun. Selama pemeriksaan medis penyelam lansia, dokter penyelam yang memeriksa akan berfokus terutama pada diagnostik fungsi sistem kardiovaskuler dan pernapasan, dengan demikian menilai kapasitas dan daya tahan latihan fisik serta memeriksa otot dan sistem rangka. Hal ini untuk mengetahui apakah seorang penyelam dengan keterbatasan terkait usia masih dapat menyelam dengan aman.
  2. Upayakan penyelaman yang lebih aman
    Pilih penyelaman yang lebih singkat dan dangkal. Lakukan Safety stop dan naik ke permukaan dengan perlahan. Hindari penyelaman berulang. Gunakan Nitrox sebagai pengganti udara sebagai gas pernapasan.
  3. Sesuaikan dengan kemampuan toleransi tubuh
    Lakukan aktivitas olahraga yang sesuai dengan usia dengan fokus pada daya tahan dan kekuatan otot. Jangan menantang batas performa fisik Anda dengan sengaja. Hindari stres dengan menyelam santai.
  4. Cukup cairan
    Hidrasi yang cukup sebelum menyelam. Air liur yang banyak merupakan salah satu tanda keseimbangan cairan tubuh tercukupi.
  5. Hindari melompat ke dalam air
    Disarankan untuk meluncur perlahan ke dalam air untuk meminimalkan efekImmersion/ perendaman akut.
  6. Lindungi tubuh dari kedinginan.
    Gunakan pakaian pelindung tepat untuk menghindari kedinginan dan hipotermi

PENYELAMAN PADA REMAJA/ANAK-ANAK

Penyelaman juga menjadi aktivitas menarik bagi remaja dan anak-anak, namun ada beberapa pertimbangan penting yang harus diperhatikan. Tantangan utama saat menyelam adalah mengelola risiko saat menggunakan peralatan pendukung kehidupan di lingkungan yang tidak bersahabat. Menyelam memerlukan serangkaian keterampilan khusus, yang tidak mudah diterapkan untuk bertahan hidup di bawah air.

Manfaat Penyelaman untuk Remaja/Anak

  1. Pengembangan Keterampilan: Penyelaman dapat membantu remaja/ anak-anak mengembangkan keterampilan baru, seperti berenang dan navigasi bawah air.
  2. Pendidikan Lingkungan: Aktivitas ini meningkatkan kesadaran tentang lingkungan laut dan pentingnya konservasi.
  3. Kepercayaan Diri: Menyelesaikan kursus Penyelaman dapat meningkatkan rasa percaya diri anak-anak.

Risiko Penyelaman untuk Remaja/Anak

  1. Kesehatan Fisik: remaja/ anak harus memiliki kemampuan berenang yang baik dan tidak memiliki kondisi medis yang dapat membahayakan saat menyelam.
  2. Pengawasan: remaja/ anak memerlukan pengawasan orang dewasa yang kompeten untuk memastikan keselamatan mereka selama aktivitas Penyelaman.

Anak-anak bukanlah orang dewasa yang bertubuh kecil. Tubuh dan organ mereka tidak hanya tumbuh dalam ukuran, tetapi juga mengalami pematangan fisiologi dan fungsi. Sebagai contoh, Prevalensi asma pada anak menurun seiring bertambahnya usia, menunjukkan bahwa sistem pernapasan sering kali masih berkembang hingga remaja menjadi dewasa muda. Selama masa kanak-kanak, perubahan dramatis pada otak memungkinkan penyempurnaan proses pengambilan keputusan, mengatur emosi, mendeteksi ancaman, dan mengaktifkan perilaku terkait rasa takut yang tepat sebagai respon terhadap rangsangan yang mengancam atau berbahaya. Kondisi psikologis yang belum dewasa mencegah anak di bawah umur bereaksi terhadap keadaan darurat di bawah air dengan kapasitas yang sama seperti orang dewasa. Kepanikan dapat menyebabkan naik ke permukaan/ ascending cepat yang tidak terkendali, meningkatkan risiko barotrauma paru. Anak-anak sering kali kehilangan fokus dan membuat kesalahan, sehingga meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan.

Selama bertahun-tahun, para peneliti menyuarakan kekhawatiran tentang dampak penyelaman dengan gas terkompresi pada anak di bawah umur, terutama dampak yang berpotensi membahayakan dari tekanan dekompresi pada tingkat pertumbuhan. Namun, setelah puluhan tahun penyelaman ekstensif oleh anak di bawah umur, termasuk tindak lanjut jangka panjang pada kasus penyakit dekompresi (DCS), tampaknya tidak ada bukti yang mendukung teori ini.

Studi retrospektif DAN mengidentifikasi 149 kasus yang melibatkan anak di bawah umur yang menyelam untuk memeriksa jenis cedera yang mereka alami antara tahun 2014 dan 2016. Berdasarkan alasan panggilan ke Hotline DAN yang melibatkan anak di bawah umur, 38 % panggilan dikarenakan kekhawatiran DCS, 26% dengan alasan masalah telinga dan sinus (THT), 12 kasus (8%) dengan alasan dugaan Barotrauma paru (PBT) dan 6 kasus (4%) diduga terjadi pada emboli gas arteri (AGE). Meskipun prevalensinya sebagai alasan paling umum untuk panggilan ke Hotline DAN, pada diagnosis akhir DCS hanya mencakup 6 % dari keseluruhan diagnosis. 4% kasus DCS neurologis, 4 kasus DCS ringan, dan 1 kasus merupakan DCS telinga dalam. Hanya 1 anak di bawah umur yang didiagnosis dengan DCS yang melaporkan memiliki kewajiban dekompresi selama penyelaman. Masalah THT merupakan cedera paling umum yang dialami anak di bawah umur (32 %), seperti halnya pada penyelam dewasa. Barotrauma Paru (PBT) terjadi pada 15 % dari cedera penyelaman pada penyelam di bawah umur, berdasarkan pengalaman cenderung jauh lebih tinggi daripada populasi penyelam umum. Pada 7 kasus PBT, terdapat naik ke permukaan /ascending cepat; 6 di antaranya diduga kuat karena kecemasan. 1 anak menjadi cemas setelah berlatih ascending darurat yang terkendali selama pelatihan; yang lain melaporkan serangan kecemasan yang menyebabkan menahan napas dan ascending cepat. 1anak free diving berencana menyelam hingga kedalaman 15 feet (4,6 m) dan kemudian karena alasan yang tidak diketahui memperpanjang penyelaman hingga kedalaman 35 feet (10,7 m). Anak ini kemudian mengalami kejang di bawah air, kelemahan kaki kanan saat muncul ke permukaan, dan diagnosis akhir AGE. Tidak dilaporkan apakah anak tersebut bernapas dari udara bertekanan di kedalaman, meskipun kemungkinan besar hal itu terjadi mengingat gejala dan diagnosis dokter yang merawat. Tiga anak di bawah umur lainnya kemungkinan menjadi cemas di kedalaman, yang menyebabkan ascending cepat yang tidak terkendali dan akibatnya PBT. Pada 4 kejadian, suatu peristiwa terjadi di kedalaman yang kemungkinan menyebabkan menahan napas dan PBT secara tidak sengaja. Dua dari kasus tersebut disebabkan oleh masalah dengan peralatan: 1 anak melaporkan regulator yang mengalir bebas, sementara 1 lagi melaporkan kelebihan berat. Kemungkinan penyelam terakhir ini mencoba ascending dengan meningkatkan volume paru-paru dengan inspirasi dalam dan

menahan napas. 1 anak melaporkan tawa yang tak terkendali di bawah air, 1 lagi melaporkan “sendawa hebat,” yang menunjukkan bahwa mereka menelan udara di kedalaman, dan 4 anak tidak memiliki alasan yang jelas untuk cedera tersebut. Pada 2 penyelam muda dengan PBT merasakan nyeri dada setelah penyelaman pertama tetapi tetap menyelam sepanjang hari. Tidak jelas apakah hal itu mungkin berkontribusi terhadap keparahan cedera awal.

Peran kecemasan sebagai pemicu cedera dan akar penyebabnya kemungkinan kurang terwakili. Hal ini dapat terjadi sebagian karena sifat subjektif kecemasan dan kemungkinan bias perilaku dari anak di bawah umur yang tidak selalu menerima dan mengungkapkan ketakutan mereka, di antara kemungkinan lainnya. Ketika mempertimbangkan narasi keseluruhan, kecemasan dan kepanikan yang diakibatkannya terjalin dalam banyak kasus.

Ketika melatih individu dalam populasi rentan, penyelam remaja merupakan kelompok yang sering menimbulkan polarisasi. Keinginan besar menikmati petualangan tidak diimbangi dengan kewaspadaan akan bahaya kematian. Sama seperti penyelam profesional yang harus dilatih dan memiliki sertifikasi untuk mengajar penyelaman atau memimpin kelompok penyelaman di bangkai kapal, pelatihan khusus untuk mengajar dan memandu penyelam di bawah umur juga dapat bermanfaat. Pelatihan ini harus berfokus pada kebutuhan individu anak-anak dan aspek perilaku unik yang membuat mereka lebih rentan terhadap insiden dan cedera tertentu.Peningkatan keselamatan dapat dilakukan untuk penyelaman di perairan terbuka. Penyelam di bawah umur mungkin bukan teman menyelam (dive buddy) yang dapat diandalkan karena kedewasaan mereka, kekuatan yang lebih rendah, dan respons yang sering tidak terduga terhadap ancaman. Perbedaan ini dapat membahayakan keselamatan kedua penyelam, jadi sistem dive buddy yang terdiri dari dua orang dewasa dan seorang anak dapat menjadi pilihan, di mana salah satu orang dewasa adalah seseorang yang mengenal anak muda dengan baik dan peka terhadap isyarat stres atau ketidaknyamanan yang halus seperti orang tua atau kerabat dekat atau wali lainnya. Orang yang menyelam bersama anak-anak harus memahami dan mengenali aspek perilaku unik kelompok usia tersebut untuk membantu mencegah situasi yang dapat mengakibatkan cedera parah. Dengan pelatihan dan pengawasan yang tepat, risiko bawaan anak di bawah umur yang ikut serta dalam keluarga mereka menjelajahi dunia bawah laut akan menurun.

Kesimpulan

Penyelaman dapat menjadi aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan bagi lansia dan remaja/anak jika dilakukan dengan pertimbangan yang tepat terhadap kesehatan dan keselamatan. Penting bagi kedua kelompok usia ini mendapatkan pelatihan yang sesuai dan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum melakukan penyelaman. Dengan pendekatan yang hati-hati, Penyelaman dapat menjadi pengalaman yang memperkaya bagi semua usia.

Daftar Pustaka

Bove AA, Bove and Davis’ Diving Medicine, Diving in the Elderly and the Young, 4th Edition, Elsevier, 2004

Edmonds C, Lowry C, Pennegather J, Walker R, Diving and Subaquatic Medicine, Age and Diving, 4th edition, Arnold, 2002

Diver Alert Network (DAN) europe foundation, Aging Diver, Prevention, Aging diver https://www.daneurope.org/en/aging-diver#159926

Helfrich ET, Saraiva CM, Chimiak JM, Nochetto M. A review of 149 Divers Alert Network emergency call records involving diving minors. Diving Hyperb Med. 2023 Mar 31; 53(1):7-

15. doi: 10.28920/dhm53.1.7-15. PMID: 36966517.

Nochetto M, Helfrich E, Children and Diving , August 28, 2023, Diver Alert Network (DAN), https://dan.org/alert-diver/article/children-and-diving-3/

    ELDERLY TRAVEL, WHY NOT ? Panduan Singkat Perjalanan yang Aman dan Menyenangkan bagi Lansia

    Merasakan pengalaman baru, menjelajahi berbagai tempat indah di dunia merupakan anugerah yang luar biasa. Di era modern saat ini, kesempatan untuk berwisata tak lagi dibatasi usia. Jumlah wisatawan lansia kini semakin banyak, dan mereka pun berhak menikmati keindahan berbagai objek wisata dengan cara yang aman dan menyenangkan. Artikel ini akan membahas bebeberapa hal yang perlu dipertimbangkan mulai saat merencanakan wisata lansia,  persiapan matang hingga tips untuk perjalanan yang aman dan nyaman.

    Meningkatnya Wisatawan Lansia

    Dengan terus meningkatnya Populasi lansia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia tentunya akan turut mendorong peningkatan minat mereka untuk berwisata. Faktor-faktor seperti meningkatnya pendapatan, gaya hidup yang lebih sehat, dan ketersediaan waktu luang yang lebih banyak membuat wisata lansia menjadi tren yang kian diminati. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, terdapat sekitar 26,6 juta jiwa lansia yang berusia 60 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi lansia di Indonesia semakin besar dan berpotensi untuk terus meningkat di masa depan.

    Manfaat Wisata bagi Lansia

    Bagi para Lansia, berwisata bukan hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraannya, diantaranya :

    • Memelihara Kesehatan Mental: Berwisata dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi pada lansia. Aktivitas baru dan interaksi sosial selama berwisata dapat meningkatkan mood dan kebahagiaan.
    • Meningkatkan Fungsi Kognitif: Berwisata dapat membantu merangsang otak dan meningkatkan fungsi kognitif, seperti memori dan konsentrasi. Mempelajari budaya dan bahasa baru selama berwisata dapat membantu menjaga kesehatan mental dan kognitif bagi lansia.
    • Memelihara Kesehatan Fisik: Berwisata dapat mendorong lansia untuk lebih aktif bergerak, yang dapat membantu meningkatkan kesehatan fisik dan stamina mereka. Kegiatan fisik seperti berenang, atau berjalan kaki menikmati pemandangan alam dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan paru-paru.
    • Mempererat Hubungan Sosial: Berwisata bersama keluarga atau teman dapat membantu memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan rasa kebersamaan. Berbagi pengalaman baru dan menciptakan kenangan indah bersama dapat mempererat hubungan antar anggota keluarga atau teman.

    Persiapan untuk Wisata Lansia

    Beberapa persiapan yang perlu dilakukan agar perjalanan wisata dapat berjalan dengan aman dan menyenangkan bagi lansia:

    • Kesehatan: Konsultasikan dengan dokter sebelum berwisata untuk memastikan kondisi kesehatan lansia aman untuk melakukan perjalanan. Pastikan lansia memiliki asuransi kesehatan yang memadai untuk mengantisipasi kemungkinan masalah kesehatan selama perjalanan.
    • Destinasi: Pilihlah destinasi wisata yang mudah diakses dan ramah lansia. Pertimbangkan faktor-faktor seperti iklim, transportasi, dan fasilitas yang tersedia untuk memastikan kenyamanan lansia selama berwisata.
    • Akomodasi: Pilihlah akomodasi yang nyaman dan aman untuk lansia. Pastikan akomodasi memiliki fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan lansia, seperti kamar mandi yang mudah diakses, pegangan tangan, dan tempat tidur yang nyaman.
    • Transportasi: Pilihlah moda transportasi yang aman dan nyaman untuk lansia. Jika menggunakan pesawat, pilihlah penerbangan langsung untuk menghindari kelelahan akibat transit yang lama. Pertimbangkan untuk menyewa mobil pribadi atau menggunakan jasa agen travel yang menyediakan paket wisata khusus lansia.
    • Perlengkapan: Bawalah semua perlengkapan yang dibutuhkan lansia selama berwisata, seperti obat-obatan yang rutin diminum, pakaian yang nyaman, dan alat bantu mobilitas jika diperlukan. Pastikan lansia membawa dokumen penting seperti KTP, kartu asuransi, dan paspor jika diperlukan.

    Tips untuk Perjalanan yang Nyaman dan Aman

    • Cukup Istirahat : Lansia mungkin membutuhkan waktu istirahat yang lebih sering selama perjalanan. Pastikan memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat dan memulihkan tenaga.
    • Cukup cairan: Dehidrasi dapat menjadi masalah serius bagi lansia, terutama saat bepergian. Pastikan minum air putih yang cukup (6-8 gelas/hari) untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
    • Siapkan tabir surya: Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat berbahaya bagi lansia. Pastikan menggunakan tabir surya dengan SPF yang cukup untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berlebihan.
    • Hindari aktivitas berat: Lansia tetap perlu bergerak. Hindari aktivitas yang terlalu berat dan pilihlah aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik mereka untuk menjaga stamina tetap prima.
    • Waspada terhadap penipuan: Lansia mungkin lebih rentan terhadap penipuan. Selalu waspada dan tidak mudah percaya dengan orang asing.

    Kesimpulan Berwisata dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat bagi lansia jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Dengan perencanaan yang matang, persiapan yang cermat, dan tips-tips yang bermanfaat, lansia dapat menikmati wisata yang aman dan menyenangkan.

    Referensi :

    Spesialis Kedokteran Kelautan