Mengulas Peran Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT) Pada Assisted Reproductive Technology (ART) Pada Pasien Perempuan dan Laki-laki

Arif Rahman Nurdianto – Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) atau yang dikenal dengan terapi oksigen hiperbarik adalah metode medis yang melibatkan pemberian oksigen pada tekanan atmosfer yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer normal. HBOT telah menjadi subjek penelitian dalam konteks pengobatan infertilitas melalui Assisted Reproductive Technology (ART), baik pada pasien perempuan maupun laki-laki. Peran HBOT dalam ART mencakup berbagai aspek, mulai dari meningkatkan vaskularisasi dan oksigenasi jaringan hingga memperbaiki kualitas sperma dan embrio. Artikel ini akan mengeksplorasi implikasi HBOT dalam meningkatkan efektivitas dan hasil dari prosedur ART secara mudah dan gamblang.

Source : Wikipedia

Peran HBOT pada Pasien Perempuan dalam ART

HBOT yang saat ini menjadi salah satu sub spesialisasi dari program Spesialis Kedokteran Kelautan di Universitas Hang Tuah Surabaya, dapat menjadi pilihan terapi untuk membantu meningkatkan Vaskularisasi dan Oksigenasi Ovarium pasien yang akan menjalani program In Vitro Fertilisation (IVF) dengan jalan meningkatkan perfusi darah ke ovarium, dimana hal tersebut penting bagi kesehatan folikel dan produksi telur yang berkualitas selama prosedur seperti fertilisasi in vitro (IVF) (Makker, 1989). Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan oksigenasi jaringan ovarium dapat memperbaiki kondisi mikrosirkulasi dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan pembuahan (Abdelhafez dkk, 2018).

Lingkungan bertekanan tinggi oksigen dalam chamber terapi HBOT dapat merangsang pembentukan kapiler baru (angiogenesis) dan ujungnya dapat memperbaiki aliran darah ke ovarium. Hal ini memiliki potensi untuk mengurangi risiko gangguan vaskular seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan membantu meningkatkan efisiensi pengiriman nutrisi dan oksigen ke sel-sel ovarium (Buras dkk, 2000).

HBOT ini juga dapat membantu dalam Pemulihan Pasca-Prosedur ART seperti transfer embrio, dimana terapi ini dapat membantu dalam proses pemulihan dengan mempercepat penyembuhan jaringan ovarium dan mengurangi risiko inflamasi pasca-prosedur (Usta dkk,2015). Melalui percepatan pemulihan tersebut dapat meningkatkan peluang implantasi embrio yang sukses.

Selain itu, penelitian juga membuktikan bahwa HBOT juga dapat membantu meningkatkan Kualitas Embrio melalui Oksigenasi yang optimal yang didukung oleh hasil studi yang menyebutkan bahwa HBOT dapat mempengaruhi kualitas embrio yang dihasilkan selama proses ART. Studi lain juga menunjukkan bahwa lingkungan yang kaya oksigen dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan embrio yang lebih baik sebelum implantasi (Zegers-Hochschild dkk, 2017)

Source : rmany.com

Menilik Peran HBOT pada Pasien Laki-laki dalam ART

Setelah kita sedikit mengulas peran HBOT pada pasien perempuan maka tidak ada salahnya bila kita juga membahas peran HBOT pada Sang Suami. Karena keberhasilan ART yang salah satunya dapat melalui prosedur IVF juga wajib memerlukan peran yang sangat besar dari seorang suami, baik itu dari kualitas sperma maupun dukungan psikologis dari suami kepada istri yang menjalani program IVF (Nurdianto dan Febiyanti, 2021). Peran HBOT pada laki laki yakni dapat membantu meningkatkan Kualitas Sperma, dan hal tersebut  telah dibuktikan dengan penelitian riset yang lakukan oleh Sweeney dkk yang menunjukkan bahwa terapi ini dapat membantu meningkatkan oksigenasi jaringan testis, hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan jumlah sperma yang normal dan motilitas yang baik, yang penting untuk proses fertilisasi (Sweeney dkk., 1997)

Dalam prosedur ART dengan pasien Pria yang mengalami varikokel maka tentunya akan dilakukan tindakan operatif pada pasien pria tersebut. Maka dengan pemberian terapi HBOT pada pasien tersebut akan dapat membantu pemulihan Pasca-Operasi Varikokel pada pasien pria yang memiliki kondisi pembuluh darah yang melebar di sekitar testis. Dalam penelitian yang sudah ter established sebelumnya, HBOT juga telah digunakan untuk memperbaiki kondisi oksigenasi jaringan testis setelah operasi pengangkatan varikokel. Hal ini dapat meningkatkan fungsi testis dan kualitas sperma yang dihasilkan ( Al Damegh, 2014).

Selain prosedur operasi diatas HBOT juga dapat mengurangi Inflamasi dan dan membantu penyembuhan setelah prosedur seperti biopsi testis, membantu dalam mengurangi inflamasi dan mempercepat penyembuhan luka operasi. Ini tidak hanya memperbaiki kesehatan jaringan testis tetapi juga dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan prosedur pengambilan sperma untuk ART (Agarwal dkk, 2021).

Meskipun bukti-bukti awal menunjukkan potensi positif HBOT pada kesehatan ovarium dan proses ART, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitasnya secara klinis dan menentukan parameter optimal seperti tekanan oksigen, durasi perawatan, dan frekuensi penggunaan.

Studi klinis yang lebih besar dan kontrol terhadap riset HBOT akan dapat menjadi kunci untuk memahami dampak jangka panjang HBOT pada fertilitas dan untuk memvalidasi aplikasinya sebagai terapi pendukung dalam pengobatan infertilitas yang kompleks.

Kesimpulan yang dapat kita ambil pada artikel ini yakni terapi oksigen hiperbarik menjanjikan sebagai pendekatan tambahan dalam meningkatkan efektivitas ART baik pada pasien perempuan maupun laki-laki. Dengan meningkatkan vaskularisasi, oksigenasi jaringan, dan memperbaiki kondisi pasca-prosedur, HBOT dapat berpotensi meningkatkan hasil kesuburan. Dengan melihat beberapa manfaat penelitian sebelumnya maka penggunaan HBOT dalam ART harus dikembangkan dengan banyak parameter dan jumlah pasien yang lebih besar dengan bantuan beberapa disiplin ilmu agar kedepan pemberian HBOT dapat dikenal dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat pada umumnya.

Referensi

Makker A, Singh MM. Hyperbaric oxygen therapy in ovarian dysfunctions. J Obstet Gynaecol India. 1989;39(6):824-827.

Abdelhafez MS, Elnaggar EA, Eissa MK, et al. Hyperbaric oxygen therapy as an adjuvant treatment for severe ovarian hyperstimulation syndrome. Gynecol Endocrinol. 2018;34(8):655-659.

Buras JA, Stahl GL, Svoboda KK, et al. Hyperbaric oxygen downregulates ICAM-1 expression induced by hypoxia and hypoglycemia: the role of NOS. Am J Physiol Cell Physiol. 2000;278(2):C292-302.

Usta IM, Kacmaz Z, Sezik M, et al. Hyperbaric oxygen therapy for ovarian function and fertility preservation in a patient exposed to cyclophosphamide. Fertil Steril. 2008;90(5):2015.e13-15.

Zegers-Hochschild F, Adamson GD, Dyer S, et al. The International Glossary on Infertility and Fertility Care, 2017. Fertil Steril. 2017;108(3):393-406.

Nurdianto AR, Febiyanti DA. 2021. IVF Journey di Masa Pandemi Covid-19. Nizamia Learning Center; ISBN 978-623-265-408-2 1, 151 halaman

Sweeney T, McLoughlin G, Ashe W, et al. The effect of hyperbaric oxygen treatment on sperm function: a pilot study. Andrologia. 1997;29(6):345-349.

Al-Damegh S. Hyperbaric oxygen therapy for the treatment of oligoasthenozoospermia. J Coll Physicians Surg Pak. 2014;24(10):775-778.

Agarwal A, Ranganathan P, Kattal N, et al. Effect of hyperbaric oxygen therapy on men with chronic erectile dysfunction secondary to pelvic fracture urethral disruption: a prospective cohort study. Andrologia. 2021;53(4):e13986.

Manfaat Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) di Bidang Kecantikan

Oleh: Arif Rahman Nurdianto

Pemberian terapi oksigen hiperbarik atau Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) merupakan salah satu disiplin dalam bidang spesialisasi Kedokteran Kelautan yang dimiliki oleh Universitas Hang Tuah Surabaya. Sebagai salah satu pelopor dalam HBOT di Indonesia tentunya banyak penelitian dan riset telah dilakukan disamping pemberian terapi klinis pada pasien dalam chamber milik Lakesla Surabaya. HBOT juga telah lama menjadi bidang yang menarik dalam industri kecantikan karena potensinya dalam meningkatkan kesehatan kulit dan memberikan manfaat estetika. Dalam kajian kali ini kami akan membahas beberapa manfaat utama pemberian terapi oksigen hiperbarik terhadap kecantikan:

HBOT dapat membantu dalam meningkatkan pasokan oksigen ke jaringan kulit dengan meningkatkan peredaran darah. Hal ini membantu meningkatkan vitalitas kulit dan meningkatkan warna kulit yang sehat. (Marx dan Johnson, 1988; Hunt, 1975). Sehingga dengan meningkatnya pasokan Oksigen dalam jaringan, maka akan berdampak pada stimulasi produksi kolagen di kulit yang bermanfaat pada kecantikan. Hal tersebut disebabkan karena Oksigen merupakan komponen penting dalam sintesis kolagen, protein struktural utama dalam kulit yang menjaga kekencangan dan kelembapan kulit. Dengan meningkatkan pasokan oksigen ke kulit, HBOT dapat merangsang produksi kolagen, yang mengurangi tanda-tanda penuaan seperti garis halus dan kerutan. (Marx dan Johnson, 1988; Hunt, 1975)

Sumber: https://srivijaya.id/2018/07/17/hbot-kini-ada-di-palembang-apakah-itu

Terapi oksigen hiperbarik telah terbukti efektif dalam mempercepat proses penyembuhan setelah prosedur kecantikan seperti mikrodermabrasi, laser, atau peeling kimia. Oksigen tambahan membantu kulit untuk pulih lebih cepat, mengurangi risiko peradangan dan infeksi (Zamboni dkk, 1997; Kalliainen dkk, 2013). Dengan dasar tersebut kiranya perlu diberikan kolaborasi antara pemberian terapi oleh dokter spesialis kulit dengan dokter Spesialis Kedokteran Kelautan yang mendalami HBOT.

Pasokan oksigen yang lebih besar ke jaringan kulit juga dapat dapat membantu mengurangi kemerahan dan peradangan. Hal ini bermanfaat bagi individu dengan kondisi kulit sensitif atau yang rentan terhadap jerawat atau rosacea. (Moon, 2017; Hampson dkk, 2001). Selain itu Oksigen membantu meningkatkan kadar air dalam kulit dengan meningkatkan aktivitas sel-sel kulit yang bertanggung jawab untuk menjaga kelembapan kulit. Dengan demikian, terapi oksigen hiperbarik dapat membantu meningkatkan hidrasi kulit dan menjaga kulit tetap lembut dan kenyal (Alsina-Gibert dkk, 2017; Marx dan Ehler, 1990).

Dengan kemampuannya dalam menjaga kekenyalan kulit dengan stimulasi produksi kolagen, meningkatkan peredaran darah, dan mengurangi peradangan, hasilnya dapat mengurangi tanda-tanda penuaan pada kulit seperti kerutan, garis halus, dan kehilangan elastisitas (Alsina-Gibert dkk, 2017; Marx dan Ehler, 1990).

Hal terakhir dalam pembahasan kali ini yakni, HBOT dapat membantu meningkatkan penyerapan produk perawatan kulit yang digunakan selama atau setelah sesi terapi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan aktif dalam produk perawatan kulit untuk bekerja lebih efektif di dalam kulit. Orras dkk, 1994; Khatri dkk, 2018). Dari penjelasan manfaat diatas maka HBOT tidak hanya menawarkan manfaat kesehatan, tetapi juga memberikan manfaat estetika yang signifikan bagi kulit, membantu individu untuk mencapai penampilan kulit yang lebih sehat dan lebih muda.

Semoga Program Studi Spesialis Kedokteran Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya dapat memberikan sumbangsih yang semakin besar dalam perkembangan keilmuan dan inovasi baru dalam dunia kedokteran di Indonesia, termasuk dalam bidang kecantikan yang saat ini menjadi primadona kaum Hawa di dunia.

Referensi:    

  1. Marx, R. E., & Johnson, R. P. (1988). Problem wounds in oral and maxillofacial surgery: The role of hyperbaric oxygen. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 46(1), 2-11.
  2. Hunt, T. K., Pai, M. P., & Annenberg School for Communication (University of Pennsylvania). (1975). The effect of varying ambient oxygen tensions on wound metabolism and collagen synthesis. Annals of Surgery, 182(3), 340.
  3. Zamboni, W. A., Wong, H. P., Stephenson, L. L., Pfeifer, M. A., & Winter, D. L. (1997). Evaluation of hyperbaric oxygen for diabetic wounds: A prospective study. Undersea & Hyperbaric Medicine, 24(3), 175-179.
  4. Kalliainen, L. K., Gordillo, G. M., Schlanger, R., Sen, C. K., & Andarawis-Puri, N. (2013). Physiology of Hyperbaric Oxygen. Operative Techniques in Plastic and Reconstructive Surgery, 20(4), 238-247.
  5. Moon, R. E., & Brodsky, A. (2017). Use of hyperbaric oxygen in otolaryngology. Otolaryngologic Clinics of North America, 50(4), 773-788.
  6. Hampson, N. B., Simonson, S. G., & Kramer, C. C. (2001). Central nervous system oxygen toxicity during hyperbaric treatment of patients with carbon monoxide poisoning. Undersea & Hyperbaric Medicine, 28(1), 5-13.
  7. Alsina-Gibert, M., Pedret, C., Soler, A. M., Ballester, R. J., & Casals, M. (2017). A new approach to the treatment of burns: Hyperbaric oxygen with superoxide dismutase. Undersea & Hyperbaric Medicine, 44(6), 527-533.
  8. Marx, R. E., & Ehler, W. J. (1990). The application of hyperbaric oxygen therapy in craniofacial surgery and trauma. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 48(6), 617-623.
  9. Torras, O., Thistlethwaite, P. A., & Ganz, J. C. (1994). A controlled study on the effect of hyperbaric oxygen treatment on normal skin and on subcutaneous wound healing. Undersea & Hyperbaric Medicine, 21(4), 431-437.
  10. Khatri, S., Ghosh, C., & Ghosh, J. (2018). Hyperbaric oxygen therapy in diabetic foot. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences, 7(13), 1625-1627.