Archives Juni 2024

Psikiatri Matra Laut: Kesehatan Jiwa di Tengah Gelombang Samudera Kehidupan

Spesialis Kedokteran Kelautan UHT – Buku Psikiatri Matra Laut menggabungkan wawasan empiris dan teori, buku ini menyelami perbedaan mendasar antara karakteristik lingkungan kerja masyarakat maritim dan non-maritim serta dampak psikologis yang timbul darinya.

Buku itu ditulis oleh Kolonel Laut (K) Purn. dr. I K. Tirka Nandaka, SpKJ (K)., SH., MM dan Kolonel Laut (K) Dr. dr. Hisnindarsyah, SpKL Subsp.KT(K), SE., M.Kes., MH., C.FEM., FISQua, FRSPH dengan editor Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep, Ns, M.Kep, FISQua, FRSPH, FIHFAA, CISHR merupakan kontribusi penting dalam pemahaman kesehatan jiwa dalam konteks maritim.

Penulis mengembangkan psikiatri matra laut berdasarkan fakta bahwa lingkungan maritim memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan lingkungan non-maritim.

Perbedaan ini tidak hanya berdampak pada aspek fisik dan sosial tetapi juga pada kesehatan jiwa para pekerja maritim. Para penulis menyadari bahwa kondisi kerja di laut yang penuh tantangan dan tekanan dapat memicu berbagai gangguan jiwa yang unik.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan khusus yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan komunitas maritim.

Para pekerja maritim sering kali menghadapi kondisi kerja yang ekstrem, termasuk isolasi sosial, perubahan cuaca yang drastis, dan tuntutan fisik yang tinggi.

Isolasi sosial, misalnya, dapat menyebabkan perasaan kesepian dan depresi. Kondisi cuaca yang tidak menentu juga bisa meningkatkan tingkat stres.

Selain itu, tuntutan fisik yang tinggi dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan yang memadai sering kali memperburuk kondisi kesehatan jiwa mereka.

Dalam buku ini, penulis menjelaskan bagaimana semua faktor ini berkontribusi terhadap munculnya gangguan jiwa yang spesifik pada masyarakat maritim.

Buku ini tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi komprehensif dalam pengenalan, pengobatan, rehabilitasi, dan pencegahan gangguan jiwa pada pekerja maritim.

Penulis menekankan pentingnya pengenalan dini terhadap gejala-gejala gangguan jiwa sehingga dapat segera diambil langkah-langkah penanganan yang tepat. Dalam hal pengobatan, penulis memaparkan berbagai metode yang telah terbukti efektif, termasuk terapi medis dan pendekatan psikososial.

Rehabilitasi juga menjadi fokus penting dalam buku ini. Penulis menekankan pentingnya program rehabilitasi yang dirancang khusus untuk pekerja maritim yang mengalami gangguan jiwa.

Program ini mencakup berbagai aktivitas yang bertujuan untuk memulihkan kesehatan jiwa mereka dan membantu mereka kembali ke lingkungan kerja dengan lebih baik.

Selain itu, buku ini juga memberikan panduan tentang strategi pencegahan yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko gangguan jiwa di kalangan pekerja maritim.

Selain fokus pada penanganan gangguan jiwa, buku ini juga menyoroti pentingnya pembinaan dan peningkatan kesehatan jiwa di kalangan pekerja maritim.

Penulis menggarisbawahi bahwa kesehatan jiwa yang baik tidak hanya berarti bebas dari gangguan jiwa, tetapi juga mencakup kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dengan positif.

Oleh karena itu, buku ini menawarkan berbagai strategi untuk meningkatkan kesehatan jiwa para pekerja maritim, termasuk melalui program pendidikan kesehatan jiwa, pelatihan keterampilan coping, dan pengembangan dukungan sosial.

Buku ini menggabungkan pendekatan teoritis dan empiris dalam mengkaji psikiatri matra laut. Penulis menggunakan berbagai teori psikologi dan psikiatri untuk menjelaskan fenomena gangguan jiwa di kalangan pekerja maritim.

Selain itu, buku ini juga didukung oleh berbagai studi kasus dan penelitian lapangan yang memberikan gambaran nyata tentang kondisi kesehatan jiwa pekerja maritim.

Dengan menggabungkan teori dan data empiris, buku ini memberikan pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang psikiatri matra laut.

Psikiatri Matra Laut adalah bacaan yang sangat berharga bagi siapa pun yang tertarik dengan kesehatan jiwa dalam konteks maritim.

Buku itu tidak hanya memberikan wawasan tentang permasalahan yang dihadapi oleh pekerja maritim, tetapi juga menawarkan solusi praktis dan efektif untuk menangani masalah tersebut.

Dengan menggabungkan pendekatan teoritis dan empiris, buku ini memberikan panduan komprehensif untuk pengenalan, pengobatan, rehabilitasi, dan pencegahan gangguan jiwa di kalangan pekerja maritim.

Psikiatri matra laut yang dikembangkan dalam buku ini sangat relevan dengan kondisi kerja masyarakat maritim Indonesia, yang mayoritas masih menghadapi tantangan besar terkait kesehatan jiwa.

Dalam aspek implementasi, buku ini bisa menjadi pedoman bagi para praktisi kesehatan jiwa, pelaku industri maritim, dan pembuat kebijakan untuk merancang dan melaksanakan program-program kesehatan jiwa yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Dengan menggali lebih dalam tentang kondisi kerja di laut dan dampaknya pada kesehatan jiwa, penulis mengajak pembaca untuk lebih berempati dan memahami tantangan yang dihadapi oleh para pekerja maritim.

Empati itu diharapkan dapat mendorong upaya-upaya kolektif untuk meningkatkan kesejahteraan jiwa mereka, baik melalui dukungan sosial, program-program kesehatan jiwa, maupun kebijakan yang lebih berpihak pada kebutuhan mereka.

Secara keseluruhan, “Psikiatri Matra Laut” adalah sebuah karya yang menawarkan pandangan baru dan solusi inovatif dalam bidang kesehatan jiwa maritim.

Buku itu bukan hanya menjadi referensi penting bagi para profesional di bidang kesehatan jiwa, tetapi juga menjadi inspirasi bagi semua pihak yang peduli dengan kesejahteraan para pekerja maritim. Buku ini layak dimiliki oleh siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang psikiatri matra laut dan berkontribusi pada peningkatan kesehatan jiwa di sektor maritim.

Mengenal Apa Itu Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT) ?

Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT), adalah menghirup 100% oksigen di dalam ruang hiperbarik yang bertekanan lebih dari 1 atmosfer (atm). HBOT biasanya diberikan pada tekanan 1 hingga 3 atm. Sementara durasi sesi HBOT biasanya 90 hingga 120 menit. HBO telah digunakan secara luas dalam mengobati diabetes gangren, stroke, osteomielitis dan mempercepat penyembuhan luka. Penggunaan HBO pada penyakit menular sangat luas, sehingga mekanisme oksigen hiperbarik pada penyakit menular harus dipahami dengan baik. Pemahaman ini dapat membawa manajemen penyakit menular yang tepat dan bijaksana dan mencegah efek samping dari setiap terapi (Widiyanti, 2016). Perawatan dapat dilakukan di ruang monoplace atau multiplace. Di ruang monoplace, satu pasien diakomodasi, seluruh ruang diberi tekanan dengan oksigen 100%, dan pasien menghirup oksigen ruang sekitar secara langsung. Ruang multiplace menampung 2 orang atau lebih dan diberi tekanan dengan udara terkompresi sementara pasien menghirup oksigen 100% melalui masker, penutup kepala, atau pipa endotrakeal (Shah, 2010).

HBOT Tabung monoplace (Gretl Lam et al., 2017).
Tabung monoplace (Gretl Lam et al., 2017).
HBOT Tabung multiplace LAKESLA Surabaya.
Tabung multiplace LAKESLA Surabaya.

Sejarah HBOT, Terapi hiperbarik pertama kali dicatat pada tahun 1662, ketika Dr. Henshaw dari Inggris membuat RUBT untuk pertama kalinya. Sejak itu, penggunaan RUBT ini banyak menghasilkan manfaat dalam mengobati penyakit. Pada tahun 1879, penggunaan terapi hiperbarik dalam operasi mulai dilakukan. Pada tahun 1921 Dr. J. Cunningham mulai mengemukakan teori dasar tentang penggunaan oksigen hiperbarik untuk mengobati keadaan hipoksia. Tetapi usahanya mengalami kegagalan. Tahun 1930 penelitian tentang penggunaan oksigen hiperbarik mulai terarah dan mendalam. Sekitar tahun 1960an Dr. Borrema memaparkan hasil penelitiannya tentang penggunaan oksigen hiperbarik yang larut secara fisik di dalam cairan darah sehingga dapat memberi hidup pada keadaan tanpa Hb yang disebut life without blood. Hasil penelitiannya tentang pengobatan gas gangren dengan oksigen hiperbarik membuat Dr. Borrema dikenal sebagai Bapak RUBT. Sejak saat itu, terapi oksigen hiperbarik berkembang pesat dan terus berlanjut sampai sekarang (Riyadi, 2013).

Indonesia pertama kali memanfaatkan terapi hiperbarik pada tahun 1960 oleh LAKESLA yang bekerjasama dengan RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Hingga saat ini makin banyak rumah sakit yang memiliki salah satunya RS Paru Jember yang sudah memiliki hiperbarik sejak tahun 2011 (Ariyani, Wijaya and Rifai, 2018).

Indikasi penggunaan HBOT,

  • Indikasi mutlak terapi oksigen hiperbarik adalah (Riyadi, 2013):

1. Emboli gas

2. Decompression sickness

3. Keracunan gas karbon monoksida

  • Indikasi terapi HBO yang diterima secara universal:

1. Ulkus yang tidak mengalami penyembuhan, luka bermasalah, cangkok kulit.

2. Crush injury, sindrom kompartemen dan penyakit iskemi traumatik akut yang lain.

3. Gas gangren/infeksi clostridium.

4. Infeksi jaringan lunak yang necrotizing (jaringan subkutan, otot, fascia)

5. Thermal burn

6. Anemia parah

7. Abses intrakranial

8. Post-anoxic encephalopathy

9. Luka bakar

10. Tuli mendadak

11. Iskemik okuler patologik

12. Emboli udara atau gas (terapi kuratif / lini utama pengobatan)

13. Penyakit dekompresi (terapi kuratif / lini utama pengobatan)

14. Keracunan karbon monoksida dan inhalasi asap (terapi kuratif / lini utama pengobatan) 15. Kecantikan

Kontraindikasi penggunaan HBOT,

  • Kontraindikasi absolut (Medscape, 2020)
HBOT Kontraindikasi absolut (Medscape, 2020)
  • Kontraindikasi relatif (Medscape, 2020)
HBOT Kontraindikasi relatif (Medscape, 2020)

Daftar Pustaka :

Ariyani, P.D., Wijaya, D. and Rifai, A., 2018. Pengaruh Prosedur Orientasi terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien yang Menjalani Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) di Rumah Sakit Paru Jember (The Effect of the Orientation Procedure on the Level of Anxiety of Patients who is Undergoing Hyperbaric Oxygen . e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 6 No 2(2), pp.292–297.

Gretl Lam, B., Rocky Fontaine, C., Frank L. Ross, M. and Ernest S. Chiu, M., 2017. Hyperbaric Oxygen Therapy: Exploring the Clinical Evidence. 30.

Latham, Emi 2020, Hyperbaric Oxygen Therapy, Medscape, viewed 4 Juni 2024 , https://emedicine.medscape.com/article/1464149-overview#showall

Riyadi 2013, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Lakesla

Shah, J., 2010. Hyperbaric Oxygen Therapy. Journal of the American College of Certified Wound Specialists, [online] 2(1), pp.9–13. Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.jcws.2010.04.001 Widiyanti, P., 2016. Basic Mechanism of Hyperbaric Oxygen in Infectious Disease. Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease, 2(1), p.49